Aku Bunga, aku mempunyai seorang
sahabat, namanya Melati. Pertama kali aku bertemu dengannya adalah di sebuah
tempat les Bahasa Inggris di daerahku. Selain itu, ada juga Mawar yang
dahulunya juga sahabatku. Sebenarnya, saat itu aku tidak memiliki kelas yang
sama dengannya. Tapi karena aku dan Mawar yang terlalu penasaran dengan Melati,
jadi guru yang mengajar mempertemukan kami di pembagian hasil pembelajaran,
kalau disekolah ini disebut pembagian raport. Dia selalu menjadi nomor satu dan
kami berdua selalu saja berada dibawahnya. Karena hal itu, disemester
berikutnya kami akan dijadikan satu kelas dengannya. Iya, dia Melati. Aku
Bunga.
Aku tidak tau apapun tentang Melati
selain bahwa dia adalah orang yang selalu menempati tempat pertama ditempat les-ku
itu. Tapi ternyata aku salah, dia orang yang berada disekolah yang sama
denganku. Karena siswa di sekolahku yang terlalu banyak jadi aku tidak bisa
mengenalinya satu persatu selain bahwa aku memang tidak pandai bergaul dengan
yang lain. Aku tau itu ketika kenaikan kelas delapan, perekrutan untuk kelas
yang bisa dibilang berbeda dari kelas yang lain, disana aku melihatnya dan
langsung bisa menebak bahwa itu adalah Melati. Iya, semenjak itu aku menjadi
teman sekelasnya disekolah sekaligus teman sekelasnya diluar sekolah. Awalnya
kami tidak akrab, tapi karena kami bertemu hampir setiap tiga kali dalam
seminggu diluar jam pelajaran sekolah dan hampir setiap hari di sekolah,
mungkin itu yang menjadikan kami akrab pada akhirnya hingga menjadi seorang
sahabat hingga kini. Aku mungkin cukup bisa berbangga, karena setelah kami
berada pada kelas yang sama aku bisa menggantikan posisinya. Mungkin itu hanya keberuntungan saja atau karena memang ambisiku yang ingin menguasai bahasa
itu. Entahlah, tapi aku tidak bermaksud untuk menyakitinya dan dia aku rasa
terlihat biasa saja dan bisa menerimanya. Ah, terimakasih, kau sudah memberikan
aku dorongan agar aku berusaha untuk terus menjadi lebih baik dan lebih baik
lagi bahkan hingga saat ini.
Keakraban kami memang tidak
diragukan lagi, seperti kau menyebutkan kata “Bunga Melati”, kau akan merasakan
sesuatu yang rasanya aneh dan kurang tanpa menambahkan kata Bunga. Dan jika kau masih meragukan kkata itu, kali
ini aku harus menuliskan bunga yang lain, yaitu “Kembang Sepatu”. Yah, kata
Kembang memiliki arti yang sama dengan Bunga dan jika kau menyebutnya tanpa
menambahkan kata kembang maka itu pasti memiliki arti yang lain lagi. Seperti
dua kata itu, aku bisa mengatakan bahwa seperti itulah perbedaan kami. Tapi, jangan
mengira karena namaku adalah Bunga maka aku adalah kembang disana. Tidak, aku
adalah sepatu-nya. Sepertinya aku tidak perlu menjelaskannya lebih jauh, kalian
bisa menangkap kata-kata itu, bukan?
Hari itu, seperti biasanya kami
menghadiri pertemuan les, ya kami kedatangan teman baru. Kami melanjutkan hal
yang biasa kami lakukan yaitu debat. Kali ini kami akan dipasangkan dengan
teman baru. Aku selalu dipasangkan dengan dia. Melati juga begitu, dia
dipasangkan dengan temannya Daun. Ah, namanya Daun. Tapi sayang, baru setelah
beberapa bulan dia ditempat kami, kami tidak melihatnya lagi. Aku tidak bisa
berpasangan dengannya lagi ketika debat. Kami tidak bisa menyaksikan
tingkah-tingkah konyol dan lucunya yang selalu sukses membuat kami sakit perut
karena tertawa. Dia humoris sekali walaupun kadang tidak begitu mengenai topic
bahasan. Tapi, itulah yang membuatnya berbeda dimataku. Mungkin, sesuatu telah
terjadi padaku. Karena aku terus saja merindukannya walaupun akhirnya kamipun
harus pergi karena tidak ada waktu lagi sibuk dengan sekolah kami.
Temanku, Melati memutuskan untuk
kembali ketempat itu dan mengajakku suatu hari. Tapi, aku katakan aku akan
datang lagi kesana ketika tahun ajaran baru saja dan memulainya dari awal. Dan jadwalnya dia akan langsung pergi kesana
setelah pulang sekolah. Yang mengejutkan adalah, katanya dia melihat Daun lagi.
Aku senang sekali mendengar hal itu. dengan begitu aku akan melihatnya lagi.
Tapi, aku masih mengatakan bahwa aku akan datang ketika tahun ajaran baru saja
dan sepertinya dia memahami itu.
Aku ingin cepat datang tahun ajaran
baru itu, aku ingin melihatnya. Sudah lama sekali tidak berjumpa dengannya.
Yah, aku harus mengakui hal yang aku katakan sebelumnya, aku merindukannya.
Tapi rasanya lama sekali menunggu waktu itu. Apakah mereka tidak tau bahwa aku
sangat menantikanya? Aku menginginkannya secepat mungkin. Aku mengingat semua
kebersamaan kami sebelumnya. Aku ingin mengulanginya.