Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

Selasa, 28 Juli 2020

Batasan nafsu dan ikhlas itu samar kawan.


Menghukumi pelaku kejahatan itu diajarkan, memukul anak ketika ia malas shalat itu juga dicontohkan, memukul istri yang tidak patuh bila di rasa perlu, juga disyariátkan, mengingkari kemungkaran jelas jelas ajaran.

Sebagaimana melampiaskan emosi, kekesalan diri, dan nafsu balas dendam itu juga kenyataan.

Bagaimana  anda bisa memukul benar benar sebatas mendidik, mengingkari kemungkaran tanpa ada unsur dendam atau merlampiaskan nafsu kekecewaan?

Yang jelas tidak ada satuan ukur yang baku yang bisa anda gunakan, tidak ada kilo gram, atau meter, atau kwh, atau KBPS, atau lainnya.

Yang ada adalah kejujuran anda dan kesadaran akan mempertanggung jawabkan setiap tindakan dan ucapan anda kelak di hari qiyamat.

Sepaujtnya anda bertanya kepada diri sendiri, sebleum berbuat atau berkata: benarkan ini karena Allah ataukah karena luapan emosi pribadi?

Dan setelah melakukan atau bertutur kata: benarkan semua yang telah aku lakukan dan ucapkan benar benar karena Allah ataukah diboncengi emosi pribadi dan hasrat menyalurkan nafsu diri?

Imam Ibnul jauzi berkata:
 والطريق الثاني الغضب للنفس وربما كان ابتداء وربما عرض في حالة الآمر بالمعروف لأجل ما يلقى به المنكر من الإهانة فتصير خصومه لنفسه كما قال عمر بن عبد العزيز لرجل لولا أني غضبان لعاقبتك وإنما أراد أنك أغضبتني فخفت أن تمتزج العقوبة من غضب الله ولي 
Jalan kedua masuknya setan ke dalam diri para ulama'ialah amarah demi membela diri sendiri. 

Pintu setan ini bisa saja terbhuka sedari awal ia berbuat, bisa saja terbuka di tengan jalan, yaitu ketika ulama'yang menegakkan amar ma'ruf, ia mendapat penghinaan dari orang yang dia ingkari. Karena hanyut dalam emosi ulama'tersebut berubah jadi membela diri sendiri (tidak lagi ikhlas karena Allah).

DIkisahkan bahwa Umar bin Abdul Aziz pernah berkata kepada seorang lelaki: "Kalaulah bukan karena aku sedang marah, niscaya aku akan menghukumimu.

Maksud ucapan beliau ialah: engkau menjadikanku tersinggung dan marah, maka aku kawatir bila hukuman yang akan ia jatuhya dilandasi oleh dua unsur; keinginan membelqa agama Allah dan melampiaskan amarah diri sendiri.  (Talbis Iblis oleh Ibnul Jauzi 1/182)

Selamat merenung kawan.
Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri

Senin, 27 Juli 2020

An Limitation

بسم الله الرحمن الرحيم
The day when you found and learned sth new, and realized that you didn't know anything. That was amazing.

The knowledge of Allah is around all the things. There is a lot of things we should learn. Of course it should be syar'i knowledge. Start from our pray, how to be good daughter, how to be good sister, how to be good father, how to be good mother, how to be good to others and the most important thing is how to be good to Allah. 

So, with our limitation, is it suitable for us to play a game???

Rabu, 08 Juli 2020

Prof. Rindit

Bismilllahirrahmanirrahim
Innalilahi wa innailaihi rojiun
Semoga Allah menempatkan Prof. Rindit di surga-Nya.

Can't say a word mendapat kabar Prof. meninggal.

Waktu sidang Novi yang Novi ingat adalah "Maka Ahli pangan sangat perlu belajar Agama dan belajar Al Qur'an. Karena di Al-Qur'an tentang makanan sudah disebutkan. Contohnya dalam surat... (Novi lupa) tentang minyak, minyak membuat makanan menjadi lebih nikmat. Maka luangkan waktu untuk membaca Al Qur'an dan arti nya."

Begitulah nasihat Pak Rindit di ruang sidang hari itu. Saya bilang, saya ingin menjadi seperti Pak Rindit, saya sangat suka. Saya tidak bisa bertanya ketika dikelas karena yang disampaikannya adalah selalu jelas. 

Saya bahkan belum sempat berfoto waktu sidang. Bu Eka bilang fotolah sama Pak Rindit, masih dibawah Bapak. Tetapi Novi memberikan nata de coco aja, terlalu malu ingin meminta foto. Dalam hatiku, semoga suatu hari nanti dapat bertemu kembali dan dapat berfoto.

Rabu, 01 Juli 2020

Berbuat Baik

بسم الله الرحمن الرحيم

Semoga Allah senantiasa menjaga para pembaca. Aamiin

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah Allah anugerahkan kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.


(Al-Qasas:77)