Ah, this is life.
Banyak yang mengatakan hidup itu sulit dan butuh perjuangan. Dan mungkin mereka
benar dan memang benar. Tidak ada yang mudah dalam hidup jika kita
menganggapnya berat. Itu juga kata orang. Tapi akan lebih mudah dan ringan di
rasa jika kita ikhlas dalam menerimanya, itu sih katanya juga. Dan berbagai
anggapan dan alasan yang di sebutkan merupakan suatu harapan untuk menciptakan
kebahagiaan dan seulas senyuman dalam kesedihan atau bahkan kepahitan. Yah,
mereka adalah orang-orang yang inginkan kebahagiaan. Walaupun hanya dalam
bayangan dan angan. Tapi coba tanyakan pada diri kita, Apa mudah menerima hal
yang pahit atau sulit, berbelit-belit atau yang bikin sembelit? *eh. Semua menjawab?
Tergantung dengan pikiran dan pendapat serta alasan kalian. Tapi aku percaya
jauh di dalam sana, kau akan mengatakan “ini tidak mudah?”Benar? Yah, beberapa
akan seperti itu mungkin. Eumm, mereka akan mengatakan sulit ketika mereka
merasakannya. Jika berbicara saja, itu memang mudah. Tapi peng-aplikasiannya
itu.
Yeah. I just remember how hard our effort to enter this
school at the first time. We do test, adaptation,
some argue, some love and maybe this,
the scares thing that we think on our mind. That’s (Smanda Syndrome).
Well, So far, we have passed through it slowly step by step. And we are here.
But we start to end all of that and begin it again. So hard, God!
Well, for me, Honestly I said if it is hard. Yah, aku
hanya mengingat waktu aku terpisah dengan sahabatku ketika kelas sepuluh. Dan itu
sulit sekali. Dan ini dia kalimat yang di tuliskannya ketika kami bisa sekelas
lagi. Well, aku masih menyimpan dengan rapi tulisan itu hingga aku berani
menuliskannya juga disini.
^I’m lucky, cause can get friend like you^…
Awal pertemuan di
sebuah sekolah tua di sudut kota Sekayu. Kesan pertama jumpa teman sepertimu
seakan ada chemistry yang sama. Rahut demi rajut ku tekuni sampai lulus dari
sekolah itu. Banyak yang mencela bahkan mempengaruhi aku untuk tidak berteman
denganmu. Namun, pedang kejahatan tidak akan ku biarkan memutuskan tali
persahabtan kita. Yah, beginilah… sampai suatu ketika, lonceng perpisahan telag
dibunyikan. “Oh my god, so lucky I’m”. ternyata keberuntungan memihak kepadaku,
aku berhasil menarik sahabtku keluar dari gerbang peroisahann. Dan berlari
sekuat tenaga menjahui gerbang itu. Akhirnya, terdamparlah aku di sebuah
sekolah yang menjadi muara persahabatan kami berlanjut. SHS2. Awalnya aku
senang, namun sedikit kecewa karena aku tak satu kelas dengannya.
Hari demi hari ku gantungkan kekecewaanku di dedaunan
pohon. Agar, kekecewaan itu bisa gugur bersama dedaunan itu tanpa aku menyentuh
kepahitannya. Ribuan do’a aku layangkan kepada sang pencipta. Dan hari ini 14
Januari 2013 tali persahabatku tersambung 100%. Yey… aku sekelas lagi dengan
sahabatku. ^Rahma Nur Auliasari.
Do you remember this, ma? I...still. You wrote this in my
book that we bought together and the
type is same with you. I still remember how much this is. You wrote it in Math’s
room 2. We sit together with Siska and
Shella. Number two from behind. In our back, there is Dwi, Luthfi and Sutran. You
wrote use your pen but in my book. I remember it clearly. How can I forget
this?
Tapi sekarang, akan ada kemungkinan. Dan kemungkinan itu sangat
luas untuk kita terpisah lagi. Rolling kelas akan dilakukan setelah sistem SKS
ini berakhir. Dan ini akan terjadi hari ini, besok atau lusa. Dan Aku. Ah,
maafkan jika aku sering membuatmu kecewa atau apalah itu, sahabat. But, walaupun
perpisahan akan terjadi dan kita sekelas atau tidak sekelas, we are still
friend, right? We still have friendship, right? I won’t it happen. We will still
in same class, right? Yeah, I’ll miss you. No you, no me right here. J
I just can pray To God that we will still in same class.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar