Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

Minggu, 12 Agustus 2018

Surat Untuk Tuan

Selamat pagi,Tuan.
Kabar sehat, bukan? Sedang berbahagiakah Tuan sekarang karena saya sudah melakukan apa yang Tuan inginkan? Merelakan dan mengikhlaskan. Bukan, tepatnya rasa yang saya paksa tenggelam dalam dalam di hati nan penuh dengan lautan kekecewaan. Tak akan saya menyalahkan Tuan, karena berkali-kali Tuan selalu peringatkan saya agar lekas-lekaslah menjauhkan diri saya dari Tuan. namun, masih saja saya bertahan pada lingkaran yang pada akhirnya membawa kehancuran. Kehancuran jiwa dan raga yang penuh harapan. Asal Tuan tau saja, hari itu saya terus menangis sepanjang saya menghadap Tuhan. Bahkan air mata saya tak mampu dihentikan dengan semua usaha teman-teman saya membuat candaan. Tidak main-main luka yang Tuan ciptakan. Sangat dalam dan sampai-sampai hampir mematikan. Saya rasa Tuan lebih tau rasanya, kan? Apalagi tatkala saya tahu perubahan sikap Tuan karena Tuan sudah menentukan akhir pelabuan, Tuan. Duh, saya benar-benar meteskan air mata saya kala itu Tuan. Kala itu pun, kalimat yang Tuan ucapkan bahwa jodoh berada ditangan Tuhan benar-benar menyejukkan. Haha. mungkin saat menucapkannya Tuan tertawa, Bahwa memang tidak pernah ada kesempatan itu bagi saya. Namun di atas segala kebenaran yang masih penuh dengan ke-abu-abu-an ini saya berterimakasih Tuan, saya hanya ingin mengabarkan bahwa saya sekarang baik baik saja. Itulah yang Tuan inginkan, bukan? Baiklah Tuan, jaga kesehatan Tuan dan jangan sering begadang. Oh iya, kemarin katanya Tuan mau berhenti menghisap sesuatu yang mengeluarkan asap itu? Terkahir Kulihat Tuan masih menggunakannya.

Salam
Anak Kecil

Tidak ada komentar:

Posting Komentar