Pages
Pages - Menu
Pages - Menu
Sabtu, 24 Juni 2023
NASHIHAT UNTUKKU & UNTUKMU WAHAI MUSLIMAH
Rabu, 21 Juni 2023
My Third Flight for PUKL MUBA
Selasa, 20 Juni 2023
Tuan, Apa Kabar?
Sabtu, 17 Juni 2023
Malam Tanpa Mu
Tuan, Saya Rindu
Kamis, 15 Juni 2023
Tuan Yang Paling Bersinar Di Mata Saya
Seiring berjalan waktu, setiap kali berinteraksi dengan Tuan, maka semakin bertambah lagi rasa sayang saya kepada Tuan.
Bagaimana perasaan, Tuan?
Sampai saat ini Tuan yang paling bersinar.
Sehat selalu ya, Tuanku. Apabila Tuan sedang ada yang diinginkan, tolong Tuan katakan pada saya.
Terima kasih Tuan.
Salam,
Adek Tuan
Selasa, 13 Juni 2023
Mudah-mudahan Kabar Baik, Tuan.
Minggu, 11 Juni 2023
《 الكليمة-الطيبة-صدقة 》
خلق ليسكن داخلنا دون أن نخبر به أح
JIKA INGIN MENCAPAI KEMULIAAN, ADA MAHAR YANG HARUS DIBAYAR
دببت للمجد والساعون قد بلغوا جُهد النفوس وألقـوا دونـه الأُزرا
Jumat, 09 Juni 2023
Buku Kesukaanku dan Kamu
Gorden jendela mengenai wajahku. Angin ribut tanda akan hujan telah tiba. Aku yang terbaring di tempat tidurku, menyingkap gorden dari wajahku.
“Baaahhh….” hiburku pada diriku sendiri lalu tersenyum manja seperti sedang bermain dengan anak kecil. Hal-hal kecil tentang kebahagian harus ditingkatkan demi kesehatan jiwa dan raga, pikirku. Hal konyol juga perlu dilakukan agar ada sedikit warna dalam kehidupan pun lelah tergantikan dengan semangat dan suka cita.
Aku duduk dan mengambil secarik kertas berwarna kuning berukuran 75x75 mm yang ada di dekatku lalu menempelkannya pada buku favoritku berwarna hitam yang sudah ada di genggamanku, rencanaku aku ingin membuat semacam journal harian. Beberapa minggu yang lalu, ada beberapa pelajaran yang tidak bisa ku ceritakan pada siapapun namun perasaannya sangat menumpuk di dalam dadaku. Menuliskannya adalah salah satu alternatif selain mengadukannya pada sang Pencipta-ku.
“9 Juni 2023…” Aku menulis sambil mengeluarkan suara lirih menyebut tanggal hari ini sambil memiringkan kepala ke kiri tanda serius. Lalu diam dan menggerakkan pena dengan cepat, tulisannya memang tidak cukup rapi untuk sebuah perasaan yang ingin cepat-cepat diselesaikan penyampaiannya. Perkiraanku tiga menit saja lalu seukuran kertas itu penuh tapi perasaanku belum habis. Hahaha. Seperti cuaca di luar yang mulai hujan rintik-rintik, pipiku juga mulai begitu. Allah sangat mengerti sekali ya, sampai-sampai alam pun menjadi support system dalam keadaan seperti ini. Alhamdulillah.
Pukul 17.55 WIB terlihat di layar teleponku, “Sayang, aku tunggu ya cerita darimu tentang kejadian beberapa minggu lalu. Terima kasih ya.” ucapku di dalam hati dan menutup buku dengan pelan sambil memejamkan mata.
“Ya, aku akan sabar.” jawabku pada nasihat yang aku dengar beberapa waktu lalu darimu.
Dari Abu Yahya Suhaib bin Sinan Radhiyallahu anhu ia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Sungguh menakjubkan urusan seorang Mukmin. Sungguh semua urusannya adalah baik, dan yang demikian itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali oleh orang Mukmin, yaitu jika ia mendapatkan kegembiraan ia bersyukur dan itu suatu kebaikan baginya. Dan jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar dan itu pun suatu kebaikan baginya.
TAKHRIJ HADITS
Hadits ini shahih. Diriwayatkan oleh Imam Muslim, no. 2999 (64); Ahmad, VI/16; Ad-Darimi, II/318 dan Ibnu Hibban (no. 2885, at-Ta’lîqatul Hisân ‘alâ Shahîh Ibni Hibbân).
Baca juga: Salah Satu Nikmat dan Ujian Kesabaran Bolehkah Aku Meminta Berjumpa Berkali-kali? (1)
Referensi : 1
Kamis, 08 Juni 2023
Salah Satu Nikmat dan Ujian Kesabaran
“Gilaaaaa.” Teriakku dalam kepala sambil menghempaskan
tangan ke punggung kaki ku. Tidak terasa sakit gemparan tangan itu, saking
sakitnya di dadaku. Tidak ada yang menyaksikan kejadian itu. Hanya aku seorang.
Aku mengepalkan tangan dan Kembali memukulkannya ke kakiku berkali-kali.
“Astaghfirullah.” Air mata mengucur dari kelopak mataku sambal
mengeluarkan suara istifigfar itu dengan tersedu-sedu. Aku menepuk-nepuk dadaku
menenangkannya.
“Sabar, sabar.” Aku mengeluarkan dua kata ampuh itu agar
bisa tetap tenang sambal memegang dadaku untuk memeriksa detak jatungku. Cukup
lama, sekitar dua menit.
“Aman.” Suaraku pelan untuk sekali lagi ku pastikan diriku baik-baik
saja sambal mengukir senyuman.
Sudah 45 menit sejak koneksi internet tidak bersahabat. Padahal
sedang di acara yang sangat ku nantikan dan ada beberapa daftar pertanyaan yang
ingin ku tanyakan. Berbagai upaya sudah dilakukan agar koneksi internet kembali baik.
Tapi hasilnya nihil. Aku menekan tombol power barangkali setelah dimatikan lalu
kunyalakan kembali maka signal akan baik lagi.
“Ayooo.” Rengekku entah pada siapa di hadapan telepon
genggamku itu sambil terus menekan deretan tombol di samping kanannya.
“Apakah kamu mau aku melewatkan kegiatan ini? Tolonglah aku.”
Ucapku di dalam hati berharap di dengarkan olehnya. Hahaha.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Bagaimana caranya agar aku bisa lanjut dalam kegiatan ini ya?”
Aku bertanya kepada diriku sendiri.
“Hmmm.” Aku membaringkan tubuhku karena kepala yang sudah
berat agar bisa sedikit beristirahat.
“Adeek.” Aku memanggilnya dari dalam kamar dengan suara
nyaring dan cukup terdengar kesal tapi berbunyi merayu dengan harapan suaraku sampai padanya dan dia akan datang padaku.
“Kenapa?” Datang menghampiriku dan meninggalkan aktivitasnya yang sedang
bermain game, terdengar agak ketus jawabnya. Tapi, tetap datang agar terhindar
dari murka ku dengan langsung memamerkan senyuman. Aku bersyukur sekali ada
adik yang amat baik kepadaku. Allhamdulillah. Bahkan ku pikir dalam banyak
kesempatan adikku memiliki sifat yang lebih dewasa dibandingkan aku. Itu
merupakan salah satu contoh nikmat yang Allah berikan.
“Adek, tolong, beliin pulsa, lelet kan signal?” tanyaku sekaligus
meminta validasi dari apa yang ku alami, ku tau adikku juga sedang memegang telpon
genggam tadi, jadi langusng ku todong saja dengan pertanyaan itu.
“Benar, *ayuk tulis aja nomornya ya.” Aku yakin sekali dia menghindari konflik denganku dengan mengucapkan hal itu. Hahaha. *ayuk: kakak perempuan
“Iya.” Jawabku sembarri ambil kertas dan pena serta langsung
menuliskan nomorku.
“Ambil di dompet.” Menunjuk tas yang biasa ku pakai pergi ku gantung
dekat pintu kamar. Adikku mengambil tas dan menyodorkan pada ku.
“Ambil aja di dalam tas. Kan tau, kan? Dompet motif Gambo Muba,
bukan yang hitam.” Mengingatkan adikku sambil menumbuhkan rasa cintanya terhadap
produk lokal daerahku.
“Oke.” Jawabnya singkat dan mengambil biaya untuk membeli pulsa
lalu pergi melaksanakan permintaan tolongku. Saya gusar sekali kalau koneksi
internet tidak baik sebab kebanyakan yang ku kerjakan memerlukan internet, barangkali
hal ini menjadi salah satu tanda untuk membuatku istirahat sebentar, karena sedari pagi aku
hanya keluar untuk mandi, lalu mengobrol sedikit saja bahkan aku tidak bersuara
dan dianggap bertapa di ruanganku. Sesekali dipanggil dan hanya menyahut di dalam
hati. Mereka semua mengerti apabila aku sudah seperti itu. Allhamdulillah ya.
Layar teleponku menyala tanda pesan masuk. Betul, pesan dari
operator seluler ku dan langsung ku belikan kuota internet secara manual.
Tut….tut..tut… begitu suara ponsel itu saat ku ketik “*808#”
aku cukup sumringah berharap koneksi akan baik pada jaringan telekomunikasi
yang satu ini. Cukup terkenal koneksi bagus di telingaku sejauh ini.
“XTRA Combo **GB, 30hr telah berhasil diaktifkan. Cek penawaran SPESIAL tiap hari di My**. Info…..” Aku lagi-lagi ternseyum. Hal seperti ini saja sudah membuat Bahagia. Aku berifikir akan langsing bergabung Kembali pada kegaitan tersebut dan kalua sempat akan menanyakan pertanyaan yang sudah ku buat. Allhamdulillah ya. Terima kasih sudah bersabar, semoga kamu juga selalu berlatih untuk tetap sabar ya. Seperti firman Allah, ternyata bersbar itu adalah kewajiban untuk kita semua agar menjadi orang yang beruntung.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اصْبِرُوا وَصَابِرُوا وَرَابِطُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan
kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan
bertakwalah kepada Allâh, supaya kamu beruntung. [Ali ‘Imrân/3:200]
Tetaplah menjadi sabar dan janganlah malas Ketidaksabaran dan Kemalasan Pada Manusia. Aamiin
Selasa, 06 Juni 2023
Sedang Kangen
“Tidak apa-apa.” Satu menit kemudian suara di dalam jiwanya berusaha menjawab sekuat tenaga tidak ingin terlihat lemah. Bunyinya terdengar ragu dan terasa masih ingin melanjutkan kalimat tersebut. Aku masih menunggu dengan memerhatikan wajahnya melalui bayangan yang tak kasat mata pada lembar kerja putih di hadapannya. Terlihat matanya sudah siap untuk menumpahkan luapan emosi yang ditahan-tahan beberapa waktu ini.
Lalu suasana hening, yang terdengar hanyalah suara ketikan dari jari tangan yang lincah menuliskan perasaan yang cukup sulit dideskripsikan. Hanya seonggok tubuh yang sedang berperang dengan dua pikirannya dalam kesunyian malam. Ku biarkan beberapa saat untuk menenangkannya.
“Kenapa?” Sekali lagi ku tanyakannya dengan lebih hati-hati. Ku perkirakan sudah lima menit semenjak hening menerpa kondisi kita berdua. Aku berharap kali ini menerima jawaban yang pasti. Senyap lagi. Aku mulai melihat tetesan air mata di pipi sambil terlihat menggigit bibirnya tanda tidak ingin terdengar isakannya.
“Kenapa?” Sekali lagi aku bertanya padanya. Ku perhatikan tangannya mengambil kerah baju dan mengusapkannya ke arah hidungnya. Cairan lain mulai meleler dari sana tanda benar-benar sedang dalam keadaan nestapa. Kulihat juga hidungnya jadi merah jambu. Mungkin tersipu padaku karena aku menaruh perhatian lebih atau karena reaksi pembuluh darah yang ditekan terlalu kuat oleh yang punya. Aku memilih pilihan pertama walaupun tidak bisa kupungkiri kenyataannya adalah pilihan kedua yang benar.
Kami masih saling diam. Sengaja, aku masih setia menunggu responnya. Masih betah mengamati tingkah lakunya kali ini. Aku bertanya-tanya apa gerangan yang membuatnya begitu terlihat tertekan. Sesekali kutinjau wajahnya lagi pada lembar kerja putih itu. Ku lihat deraian air matanya makin banyak. Aku jadi tidak tenang. Pun bingung cara menanyakannya lagi. Kami jadi sama-sama terlihat sedang gelisah. Ku kira dia sedang merasakan hal yang tidak bisa diceritakannya dan memilih memendamnya.
Aku menghargai pilihannya. Aku tidak bertanya lagi. Kami bungkam dan sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku sibuk bertanya mengenai sebuah pertemuan yang didambakan Bolehkah Aku Meminta Berjumpa Berkali-kali? (1)