Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

Selasa, 24 September 2024

Istri Yang Taat Suami Dijamin Surga



Di antara keutamaan istri yang taat pada suami adalah akan dijamin masuk surga. Ini menunjukkan kewajiban besar istri pada suami adalah mentaati perintahnya.

Hadits dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شِئْتِ

“Jika seorang wanita selalu menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dengan ketaatan seorang istri, maka akan langgeng dan terus harmonis hubungan kedua pasangan. Hal ini akan sangat membantu untuk kehidupan dunia dan akhirat.

Islam pun memuji istri yang taat pada suaminya. Bahkan istri yang taat suami itulah yang dianggap wanita terbaik.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata,

Pernah ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Siapakah wanita yang paling baik?” Jawab beliau, “Yaitu yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika diperintah, dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya sehingga membuat suami benci” (HR. An-Nasai no. 3231 dan Ahmad 2: 251. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih)

Sebagian istri saat ini melupakan keutamaan taat pada suami. Sampai-sampai menganggap ia harus lebih daripada suami sehingga dialah yang mesti ditaati karena karirnya lebih tinggi dan titelnya lebih mentereng. Wallahul musta’an.

🌏 https://muslim.or.id/23592-istri-yang-taat-suami-dijamin-surga.html

Senin, 23 September 2024

Bismillah, Zaujah

Al Qur'an telah menyebut istri dengan sebutan "Zaujah" 
Bermakna sebagai pasangan, teman hidup, teman seperjuangan dalam meraih surga. 

Dan Al Qur'an tidak pernah menyebut istri dengan sebutan "Khadimah"
Yang artinya pelayan, pembantu, asisten dalam segala upaya. 

Oleh karenanya para lelaki harus memahami bahwa segala urusan domestik di dalam rumah bukanlah kewajiban istri. 

Sebab sekali lagi, istrimu digelari Al Qur'an dengan kata Zaujah bukan Khadimah. 

Kalaulah istri secara sukarela mau mengerjakan urusan domestik di dalam rumah. Ketahuilah ... Bahwa dia mengerjakan itu bukan karena dia merasa semua itu adalah hal yang wajib untuknya. 

Dia mengerjakannya sebagai upaya untuk meraih apa yang ada dibalik punggung suaminya. 

8 pintu surga, itulah hadiah yang Allâh berikan kepada setiap istri yang telah mendapatkan Ridha dari Suaminya. 

Mencuci, membuat sarapan, memasak, mengurus anak, semua itu dilakukan oleh para istri untuk meraih apa yang Allah titipkan di balik punggungmu itu, wahai para suami. 

Sebagai suami, janganlah engkau besar kepala. 
Ketika kalian sudah memahami bahwa surga seorang istri dipengaruhi besar oleh Ridho kalian, lantas jangan kalian perlakukan istri kalian dengan seenaknya. 

Untuk para suami, 
Bergegaslah membantu istrimu dengan berupaya agar dia tidak merasa kelelahan untuk meraih surga yang ada dibalik ridhomu. 

Abaikan suara-suara sumbang yang mengatakan,
"Kok suaminya yang ke pasar? Emang istrinya ngapain?"
"Kok suaminya ngasuh anak, emang istrinya ngapain?"

Mari kita jadikan rumah tangga kita selayaknya surga, yang tidak ada kedzaliman dan kesengsaraan di dalamnya. Namun yang ada hanyalah cinta dan kasih sayang yang menaungi atapnya. 

__
@sebastianwahyu_

Selasa, 10 September 2024

aku mencintaimu dengan keras kepala

Pucuk-pucuk rindu itu masih terus tumbuh tanpa henti. Bukankah seharusnya waktu telah mengikisnya sejak lama? Menghempaskan tentang kita pada ruang-ruang hampa di belantara semesta

Ku tengadahkan risauku pada gemuruh riuh yang menggema mendekap sunyi. Mati-matian ku bungkam kenangan yang terus berteriak lantang memekakkan telinga. Tolong, ini terlalu berisik. Aku takut kamu terusik

Sungguh, aku tidak apa-apa. Bukankah sudah biasa? Terbuang setelah segala hal yang susah payah ku upayakan. Ini bukan salahmu. Hanya saja memang kamu tidak tahu diri. Bagaimana tidak, sepimu minta ditemani. Namun bahagia kamu teguk sendiri

Banyu Bening

Senin, 09 September 2024

𝗦𝗲𝗱𝗲𝘁𝗮𝗸 𝘂𝗻𝘁𝘂𝗸 𝗦𝗲𝗱𝗲𝘁𝗶𝗸

𝙾𝚕𝚎𝚑: Vanila & Riuh Runtuh 
_________________________________

Dari banyak kemungkinan, beberapa di antaranya cukup sekedar dipandang jauhkan. Bukan tak pantas disambut, tapi beberapa sempat ke belakang, waktu tak membenarkan hati memaksa sesuatu yang bukan tenang ditakdirkan. 

Kini kamu, sebagai semestinya kemungkinan terbaikku. Ada di antara sejengkal ingin yang tertutup rapat, sebab kesadaran diri meluap—menahan untuk tak candu mendekat. Lebih percaya hari ini patut dinikmati, tanpa melebih mungkin-mungkin yang entah kapan terjadi.

Apalagi tentang kamu, tentang kita yang belum pasti sedetak sedetik semakna.

•𝐬𝐞𝐩𝐭𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟎𝟗 𝟐𝟎𝟐𝟒

Minggu, 08 September 2024

aku kelimpungan mencari jalan pulang

Aku berhenti mengupayakan segala hal tentang dirimu. Pada detik lusuh berbuih keruh, disanalah segala hal tentang aku dan kamu apik ku taruh. Sesekali aku kelimpungan mencari jalan pulang. Langkahku sempoyongan

Kemari dan berhentilah merajuk untuk segala hal yang tidak bisa lagi kita perbaiki. Sesekali jangan (merasa) menelan duka itu sendirian. Sampaikan padaku, dunia seperti apa yang kamu (pernah) ingin wujudkan-dulu

Dekaplah ragumu. Biarkan berjuta perasaan khawatir melingkupi nafasku yang sekarat. Teriakkan bimbangmu pada dunia tanpa ragu-ragu. Supaya mereka tahu, tidak ada yang lebih tabah dari hancurku yang pernah kamu buat rekah

Banyu Bening

Kamis, 05 September 2024

Hal baik yang akan tetap membuatku senang

Aku tidak tahu, seberapa banyak usia kita yang masih tersisa. Entah kapan, dimana, dan dengan cara yang seperti apa pada akhirnya aku akan dilerai semesta. Sebab itu kau tahu? Aku selalu berusaha menghargai waktu-waktu kecil yang masih kita punya. Karena barangkali nanti, akan tiba suatu pagi, dan yang tersisa dari kita hanya sebatas nama.

Rahsa sang penggenggam kodrati adalah teka-teki yang mustahil untuk terjamah akal sehat. Yang tidak mungkin menjadi nyata, yang mungkin lantas lenyap seketika. Aku, pada akhirnya tiba pada titik pemahaman, secepat apapun datang kematian, setakut apapun akan kepergian, yang harus tetap di syukuri tidak pernah ragu untuk mencipta banyak kenangan, yang membentuk banyak pengalaman dengan seseorang.

Sering tidak disadari, sakit perihal kehilangan karena ada rasa memiliki. Seolah mempunyai masa yang panjang, nyaman, yang terasa sesingkat kedipan. Lalu aku mengerti, sejauh apapun mempertahankan, mati adalah kata mustahil untuk di tentang, sekeras apapun kita merayu Tuhan.

Jika kelak bumi terlebih dahulu merengkuh aku, lelapkan aku pada maaf yang tidak ambigu. Sehampa apapun perasaanmu perihal aku, mungkin, ketiadaanku akan membuatmu rindu? Entah masih berapa banyak Tuhan membiarkanku meminjam waktu, namun selagi masih ada, aku akan memberi penghargaan untuk hal-hal kecil mengenai dirimu.

Datang, lenyap, sorak, senyap, menggebu, melesap. Menyakitkan, namun aku menganggap itu sebagai pembentukan pengalaman yang tidak perlu di lewatkan. Dulu, aku kerapkali mempertanyakan, mengapa Tuhan menghadirkan seseorang, jika hanya untuk membuat luka berkepanjangan?

Aku mencoba memaknai kata, setidaknya. Setidaknya pernah bertemu. Setidaknya sempat mengenal. Setidaknya sempat memiliki. Setidaknya pernah bersama, lantas bahagia. Karena terkadang, Tuhan memberikan pelajaran dari hal-hal yang tidak kita duga sebelumnya.

Siapapun diantara kita yang terlebih dahulu pulang, Dirimu akan menjadi hal baik yang akan tetap membuatku senang. Terimakasih sudah mendekat, terimakasih untuk banyak isyarat. Tuhan, memberi masing-masing dari kita mustahil tanpa sebab, dan aku akan terus berusaha memahami banyak gelagat. Boleh aku ucapkan pamit di sini? 

 ~Lentera Shenja. 

 #RuangRelung

Hi, Ketika Kamu Menikah


Ketika kamu menikah dengan orang yang salah, maka gelar Ratumu akan menjadi budak.
Dan gelar Rajamu akan menjadi secuil kulit badak.
(Yang keras kepala, hidup tanpa aturan dan egoisme yang tinggi)

Sejak kapan pemimpin itu menyuruh seakan lepas tanggung jawab?
Yang ada pemimpin itu memberi contoh dengan cara yang baik, lisan yang santun, sikap yang inisiatif.

Bukan memaki-maki, seenaknya sendiri, ataupun skeptis.

Jika egomu masih di ambang batas labil.
Maka jangan berharap harmonis rumah tanggamu bagai tipu mustahil.

Menikah itu kerja tim, saling mengerti.
Bukan saling mementingkan ego diri.

Jika salah satu tumbang, maka segera ambil alih tugas.
Saling meringankan, saling membangun, dan saling memberi pengertian.

Kendaraan tidak akan berjalan tanpa sistem kinerja dan sopir.
Sebagaimana rumah tangga tidak akan terbangun, jika sang sopir tidak paham sistem pada diri sendiri dan istrinya.

Pun sebaliknya, istri juga tidak bisa seenaknya, ada hak dan kewajiban suami yang harus di penuhi.
Jika suami sudah memberikan nafkah lahir batin yang cukup, atau bahkan tumpeh-tumpeh, maka wajib bagi istri taat kepada suami.

Dan jika ada suami dzolim, berbuat aniaya, tidak memberikan nafkah lahir batin, maka segera biacarakan baik-baik gimana baiknya, jangan sampai KDRT/alasan klasik perselingkuhan, karena tidak bahagia.

Jika memang rumah tangga tidak bisa diselamatkan, maka minta penengah keluarga atau minta keadilan kepada Pengadilan Agama.

Jika tidak sanggup maka kembalikan istri kepada keluarganya.
Jangan di banting ataupun di pukul, karena istri itu manusia mulia, yang dari rahimnya melahirkan buah hatimu yang hebat, yang kelak akan mewarisi sikap gagahmu wahai suami.

(Psikolog rumah tangga)
Penulis: Bahlul Majnun 

#ruangrelung