Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

Sabtu, 13 Agustus 2022

Bolehkah Aku Meminta Berjumpa Berkali-kali? (1)

Aku sudah menyiapkan beberapa pakaian dalam tas jinjing berbahan canvas yang biasa aku pakai untuk berpergian. Tas berwarna hitam dengan tulisan 'I love Yogya'. Aku sering menggunakannya karena pas sekali dengan ukuran tubuhku. Terlihat sederhana namun tetap memenuhi kebutuhanku. Selain itu, warnanya adalah warna favoritku, biasa aku pakai berkali-kali dan tidak akan menyebabkan penambahan sampah di bumiku. Dan, bukan pula berbahan plastik, yang hanya sekali pakai itu, yang saat ini menjadi isu penting untuk krisis iklim, berbahaya untuk semua makhluk di bumi. Maklum, lingkaranku kini menyadarkanku akan banyak hal tentang kepedulian lingkungan. Apalagi peduli terhadap diriku dan sekelilingku.

Hari itu, hari Jum'at seingatku, hari pertemuanku. Entah sudah ke-berapa kali dalam tahun ini, tapi rasanya seperti pertama kali ingin bertemu, banyak sekali sebenarnya yang muncul dibenakku. Seperti "Apa yang harus aku katakan saat pertama kali melihatnya?" Apa yang harus aku lakukan saat bersamanya. Entahlah, takut iya, tapi rindu lebih kuat dari rasa takut itu. Aku kuatkan diriku, aku akan baik-baik saja. Begitu pesanku pada diriku.

Pukul 14.00 WIB, aku sudah siap berangkat, sekali lagi aku katakan, pertemuan ini seperti baru pertama kali berjumpa saja, sebenarnya hatiku rasanya tidak lega, bergetar dan aku akui, panas dingin sebelum berjumpa. "Ah, aku harus pergi. Benar, rindu sekali." begitu batinku bisikkan. Aku juga tidak sabar melihat apa yang akan aku pelajari darinya hari ini. Aku percaya, setiap kali aku berjumpa dengannya, ada saja hal baru yang aku ketahui dan yang bisa aku pelajari, dan itu sangat menarik bagiku. Aku suka sekali. Aku suka dengan prinsip yang dipegangnya. 

Aku mengirimkan pesan singkat, "aku sudah sampai." Sebuah gedung tinggi dengan dekorasi modern dan minimalis di depan aku berdiri sekarang, cukup ramai lalu lalang orang berkeperluan dan berkepentingan di tempat ini. Ada kursi menunggu di depannya dan ditata sedemikian rupa cantik menurutku. Tapi belum menerapkan konsep ramah lingkungan sepertinya setelah kutelisik cukup lama, menatap beberapa ornamen yang terpajang di depan mataku. Aku melangkahkan kaki ku masuk ke dalam sambil melihat layar teleponku. Ingin sekali aku kirim seperti ini "Sayang, aku ingin cepat jumpa." Haha, tapi tidak begitu yang ku kirim "Tidakkah aku dijemput?" sambil menyisipkan panggilan sehari-hariku padanya di pesan itu dengan perasaan yang berdegup kencang. Aku ingin memanggilnya dengan manja, tapi tidak kulakukan. Hehe. Kau tau, aku takut sekali salah memanggil. Tunggu waktu yang pas saja.

Layar teleponku menyala dan aku membaca pesan, tertera disana sebaiknya aku langsung saja menemuinya tanpa harus dijemput. Aku terus saja meyakinkan dirinya untuk menjemputku. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, memperhatikan sekitarku, siapa tau ada yang akan masuk ke ruang itu. Ada juga terbesit ingin bertanya kepada petugas disana. Sejujurnya aku tidak tau tempat masuknya. Ini baru pertama kali aku memasuki tempat itu. Beberapa kali meminta, akhirnya dikabulan juga. Aku mendapatkan balasan bahwa aku akan dijemput. Ah, senang sekali. Terukir seulas senyum di wajahku. "Aku jadi semakin cinta." begitu pikirku. "Kenapa semakin hari semakin bertambah rasa sayangku ya?" Aku bertanya kepada diri sendiri sambil menengok lagi kiri kananaku, memastikan kembali apakah ada yang akan masuk keruangan itu atau tidak.  Kan, benar, hal baru yang aku pelajari kan? Sulit untuk menolak jikalau sudah diminta, kaan? Tapi tetap dengan penyampaian yang baik. Senang sekali.

Tiga menit kemudian, aku melihat ada segerombolan orang datang, mereka sepertinya keluarga, masuk dan menanyakan tempat seperti yang ingin aku tanyakan, "Oh, Allhamdulillah." Hatiku bersyukur, aku tidak jadi terlihat manja. Sedikit terkikik dalam maskerku, aku bisa ikut bersama mereka masuk. Layar teleponku menyala, aku ditanya dimana keberadaanku, aku dicari-cari karena sepertinya aku tidak terlihat dari tempatnya berdiri. Aku langsung membalas "Aku sudah jalan, di dalam 'ruang ini', sebentar lagi sampai. Tunggu ya." Hatiku semakin berdegup kencang. Apa yang akan aku katakan, 30 detik lagi aku akan melihatnya. 

Pintu itu terbuka. Aku berterima kasih kepada ibu- yang membantuku menekan tombol tempat pemberhentianku. Aku cukup jauh dari sana untuk menekannya. Aku berjalan dengan hati-hati. Aku lihat kanan-kiri. Taraaa..., aku melihatnya dari belakang sedang berdiri dengan gagahnya melihat ke arah bawah. Aku berjalan pelan sekali, tidak ingin diketahui kehadiranku olehnya. Aku mendekat, lalu berhenti dan berdiri tepat dibelakangnya. Aku memperhatikannya "Maasyaa Allah. Seperti angin yang memberikan kenikmatan pada benda-benda berdebu. Konon benda itu berada di tempat tanpa penghuni. Angin itu meniup butiran debu itu, menguak betapa cantiknya benda yang tersembunyi itu."pikirku. Ingin sekali langsung kupeluk. Hahaha. Tentu saja tidak ku lakukan. Aku tidak segila itu, melakukannya di tempat terbuka. Apalagi tempat umum. Aku bisa sesabar itu untuk hal-hal yang seperti ini. Kurasa hampir dua menit aku berdiri di belakangnya, sampai akhirnya, aku melihatnya menghadapku.

"Oo...."reaksinya cukup terkejut melihatku. Terbukti suaranya agak meninggi ketika menolah ke belakang melihatku. Lalu, kami tertawa bersama. Aku merasa bersalah, tidak mengatakan apa-apa ketika sampai di dekatnya. Tapi, tawanya itu benar membuatku cukup terobati rindunya. Aku berjalan disampingnya, agak pelan lalu mengikuti dari belakangnya. 

Aku benar- bertemu dengannya hari ini.

Kami duduk di tempat yang cukup berjauhan, mungkin dua meter, aku tidak pandai dalam menghitung. kira-kira begitulah. Aku duduk di kursi berwarna cokelat dengan kerangka kayu kokoh. Ah, suka dengan motif ini tapi aku bertanya pada diriku "Apakah ini kayu yang digunakan berasal dari tempat yang benar? Maksudku, apakah bukan illegal logging?" hatiku berbisik. Aku mengalihkan perhatianku, aku melihatnya duduk di tempat semacam sofa berwarna putih. Empuk sekali sepertinya. Aku membuka mulutku ingin mengajaknya berbicara...

Next ga nih? Penasaran ga sama yang mau aku bicarain dengannya? Wkwkk

Tidak ada komentar:

Posting Komentar