Pages

Pages - Menu

Pages - Menu

Jumat, 24 Agustus 2018

Hujan

Alam sepertinya mengarti dan memahami. Hujan turut membersamai hadirnya dirimu kembali. Entahlah. Tak bisa aku marah apalagi membenci. Sejujurnya, hadirmu masih saja mengobati tetapi tetap saja menambah perih. Menangis lagi, berkali-kali tanpa bisa berhenti. Sudah, Aku tak apa dengan luka ini, tah, seiring waktu bakal sembuh nanti. Jadi, silahkan, bertahan pada pilihan

Datang (Lagi)

Pagi ini aku benar-benar bersih bersih kamar. Merapikan segala barang yang kubawa kemarin sembari menata buku-buku yang berserakan berharap hatiku juga merasakan hal yang sama. Aku tenang tetapi perut kosong karena sejak kemarin aku belum mengisi perutku. Aku berbaring sejenak, melapas penat dan memegang handphone-ku.
Koneksi internetku terputus sebentar, aku reboot handphone ku dan tampil beberapa pesan di WhatsApp. Aku membaca satu persatu, aku terkejut sekali melihat kamu datang kembali. Bagaimana tidak? dengan semua hal yang sudah kamu lakukan, kamu datang dan bertanya tentang hal itu. Tidakkah kamu tau, memang ini kesalahanku yang tidak bisa mengatasinya sendiri, tetapi ini, karena aku terlalu sayang padamu sampai sampai terbengkalai beberapa hal dalam hidupku. Aku menjatuhkan air mataku. Kenapa masih saja datang?

Sabtu, 18 Agustus 2018

Kapan Berhenti (?)

Novi: Nyatanya saya masih bersedih untuk kehilangan 'Anda'

Noviya

Viya: Kenapa menangis malam ini, Nov?
Novi: Aku sudah bilang mau ngerjain proposal penelitian tapi aku ga ngerjain.
Viya: Kenapa?
Novi: Kenapa? I don't know.
Viya: are you sure you don't know? tell me
Novi: aku sadar aku harus melakukannya, demi ayah demi ibu dan adik adikku dan keluargaku. tetapi tetap saja itu tidak cukup kuat membuatku melangkah. aku harus menguatkan diriku. apa yang harus aku lakukan?

Novi dan Viya

a short dialogue about my life. Hai, i am Noviyanti.

Minggu, 12 Agustus 2018

Surat Untuk Tuan

Selamat pagi,Tuan.
Kabar sehat, bukan? Sedang berbahagiakah Tuan sekarang karena saya sudah melakukan apa yang Tuan inginkan? Merelakan dan mengikhlaskan. Bukan, tepatnya rasa yang saya paksa tenggelam dalam dalam di hati nan penuh dengan lautan kekecewaan. Tak akan saya menyalahkan Tuan, karena berkali-kali Tuan selalu peringatkan saya agar lekas-lekaslah menjauhkan diri saya dari Tuan. namun, masih saja saya bertahan pada lingkaran yang pada akhirnya membawa kehancuran. Kehancuran jiwa dan raga yang penuh harapan. Asal Tuan tau saja, hari itu saya terus menangis sepanjang saya menghadap Tuhan. Bahkan air mata saya tak mampu dihentikan dengan semua usaha teman-teman saya membuat candaan. Tidak main-main luka yang Tuan ciptakan. Sangat dalam dan sampai-sampai hampir mematikan. Saya rasa Tuan lebih tau rasanya, kan? Apalagi tatkala saya tahu perubahan sikap Tuan karena Tuan sudah menentukan akhir pelabuan, Tuan. Duh, saya benar-benar meteskan air mata saya kala itu Tuan. Kala itu pun, kalimat yang Tuan ucapkan bahwa jodoh berada ditangan Tuhan benar-benar menyejukkan. Haha. mungkin saat menucapkannya Tuan tertawa, Bahwa memang tidak pernah ada kesempatan itu bagi saya. Namun di atas segala kebenaran yang masih penuh dengan ke-abu-abu-an ini saya berterimakasih Tuan, saya hanya ingin mengabarkan bahwa saya sekarang baik baik saja. Itulah yang Tuan inginkan, bukan? Baiklah Tuan, jaga kesehatan Tuan dan jangan sering begadang. Oh iya, kemarin katanya Tuan mau berhenti menghisap sesuatu yang mengeluarkan asap itu? Terkahir Kulihat Tuan masih menggunakannya.

Salam
Anak Kecil