Jam menunjukkan 6.29 pagi. Erin dan Mega sudah turun dari rumah tempat tidur kami semalam. Beberapa dari kami masih menggeliat, tapi mereka sudah melangkah ke pantai. Katanya mau menikmati sunrise. Kami semua akhirnya ikut menyusul.
Semalam kami nobar film plastik bersama adik-adik di rumah Bu Guru Monik. Walau hujan, mereka tetap datang, terlihat antusias. Payah jg kalau dibandingkan dengan kita-kita yang sering malas keluar rumah hanya karena gerimis kecil. Hehe.
Pagi itu, laut seperti baru bangun tidur. Tenang, dengan garis cahaya matahari yang muncul malu-malu dari ufuk timur. Beberapa dari kami sibuk mencari umang2. Ada jg yg sibuk berfoto, dg berbagai latae belakang yg maasyaa allah.
Perut mulai protes. Kami pun mencari sarapan. Husni bilang, “Semoga masih ada sarapan. Karena biasanya nelayan sudah melaut sejak pagi2 sekali.” Allhamdulilah, masih ada. Pempek udang khas Sembilang, warnanya merah muda.
Gigitan pertama langsung membuatku terdiam. Gurih, lembut, ada rasa laut yg begitu segar. Apalagi bagiku yang memang suka sekali udang,rasanya seperti menemukan versi terbaik pempek. Aku sempat senyum-senyum sendiri, “Ah, kalau ada pempek terenak yang pernah aku makan, mungkin ini salah satunya.” Sayang Erin alergi.
Aku sempat ngobrol sebentar dengan ibu penjualnya. Katanya, sehari bisa dapat penghasilan sampai sejuta. Terdengar besar, tapi jangan salah. Kebutuhan pokok di sini juga mahal. Laut memang memberi kehidupan, tapi jg menuntut perjuangan.
Siang kami pergi ke sekolah. Bertemu adik-adik yg penuh semangat dan mendengar cita-cita mereka. Ada yg ingin jadi dokter, guru, pilot sampai jadi TNI. Allhamdulilllah.
Sore harinya, aku bermain dengan adik-adik, sebenarnya kami akan pulang, tp gelombang sangat besar, jadi kami tunggu. Permainan sederhana, tapi seru, aku menyebutnya jer-jer. lalu main ulat-ulat panjang. Mereka berlari-lari, tertawa, saling tangkap. Aku ikut senang. Hati terasa bersih sekali.
Terima kasih, Sei Sembilang. Akhirnya aku sampai juga di tempat yang sejak lama sering sekali kudengar. Kini, bukan hanya telinga yang tahu, tapi hati yang menyimpan.
Sampai ketemu lagi....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar