Kamis, 02 Oktober 2025

Terima Kasih Sei Sembilang

Pernah nggak kamu merasa satu gigitan makanan bisa menyimpan seluruh cerita sebuah tempat?
Itulah yang aku rasakan ketika mencicipi pempek udang berwarna merah muda di Sei Sembilang.

Pagi itu, laut masih tenang, seperti baru bangun tidur. Cahaya matahari menyemburat malu-malu dari ufuk timur, memantul di permukaan air. Beberapa dari rekan kami, sibuk mencari umang-umang (hewan kecil yang jadi mainan tapi harus dibeli kalo di kota), ada juga yang berfoto agar momen tidak hilang.

Sesi foto terus berlanjut, sementara perut mulai protes, dan akhirnya beberapa diantara kami menyudahi kesibukan potret dan menyurusi jalan setapak desa, sepertinya lebih dari 5 menit, kami menemukan pempek udang khas Sembilang aku menyebutnya, masih di goreng, tak langsung berhenti, kami lanjutkan perjalanan rencananya cari yang lain juga, namun nihil. Akhirnya, beberaa makanan lain dibawa pulang termasuk pempek udang. Sesampainya di camp, pempek dihidangkan di dalam plastik, aku perlahan memegang satu, gigitan pertama langsung terasa berbeda---gurih, segar, dengan aroma laut yang begitu nyata. Bagiku yang pecinta udang, ini bukan sekadar sarapan, tapi pengalaman.

Aku jadi teringat, betapa sering kita lupa mensyukuri hal-hal sederhana. Anak-anak di sini saja tetap masih ada yang datang nobar film meski hujan cukup deras, berbekal semangat menurutku. Mereka bercita-cita jadi dokter, TNI, pilot, atau guru. Sementara kita, sering kali menunda mimpi hanya karena alasan kecil.

Sei Sembilang mengajarkanku bahwa rasa bukan hanya soal lidah, tapi juga tentang hati.
Bahwa perjalanan bukan sekadar sampai, tapi menyimpan cerita.
Dan bahwa setiap tempat punya pelajaran, kalau kita mau berhenti sejenak untuk merasakannya.

Terima kasih, Sei Sembilang.
Terima kasih atas kesempatan indah ini---untuk singgah, merasakan, belajar, dan pulang dengan hati yang lebih penuh syukur.

Kalau suatu hari kamu sampai di Sembilang, jangan cuma dengar cerita yaaa... Rasakan sendiri pempek udang berwarna merah muda itu, lihat senyum anak-anaknya, dan biarkan hatimu yang menyimpan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar