Jumat, 12 September 2025

Jaket Kesayangaku

Jaket itu bukan sekadar kain. Ia saksi perjalanan yang menempel di kulit dan kenangan. Pernah robek saat tubuhku terjatuh di aspal, tapi justru di situlah aku belajar: sesuatu yang kita sayangi kadang harus rusak demi menjaga kita tetap utuh.

Di setiap perjalananku, jaket itu ada. Menemani pagi yang dingin, menutupi resah di sore yang panjang, hingga ikut mendengar diam-diam doa yang tak terucap. Ia sudah lebih dari sekadar pakaian—ia seperti sahabat yang tahu tanpa banyak bicara.

Kini, jaket itu tak lagi kupakai. Bukan karena hilang makna, tapi karena waktu membuatnya rapuh. Meski begitu, belum ada yang benar-benar bisa menggantikannya. Ada ruang kosong setiap kali aku mencoba mengenakan yang baru. Seperti hati yang masih mencari teduh di tempat lain, tapi tahu, ada satu tempat yang selalu istimewa.

Hari ini aku sedang rindu. Rindu pada jaket yang setia menemani langkah, rindu pada diriku yang dulu bersama jaket itu belajar arti bertahan. Mungkin ini hanya sebuah barang, tapi bagi hatiku, ia adalah cerita—cerita tentang kehilangan, perlindungan, dan kenangan yang tak bisa diulang.

Terima kasih, jaket kesayanganku. Sudah jadi teman setia dalam diam, sudah mengajarkanku arti sayang yang sederhana tapi tulus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar