Sabtu, 05 Juli 2014

Bunga Lainnya?

            Aku Bunga, aku mempunyai seorang sahabat, namanya Melati. Pertama kali aku bertemu dengannya adalah di sebuah tempat les Bahasa Inggris di daerahku. Selain itu, ada juga Mawar yang dahulunya juga sahabatku. Sebenarnya, saat itu aku tidak memiliki kelas yang sama dengannya. Tapi karena aku dan Mawar yang terlalu penasaran dengan Melati, jadi guru yang mengajar mempertemukan kami di pembagian hasil pembelajaran, kalau disekolah ini disebut pembagian raport. Dia selalu menjadi nomor satu dan kami berdua selalu saja berada dibawahnya. Karena hal itu, disemester berikutnya kami akan dijadikan satu kelas dengannya. Iya, dia Melati. Aku Bunga.
            Aku tidak tau apapun tentang Melati selain bahwa dia adalah orang yang selalu menempati tempat pertama ditempat les-ku itu. Tapi ternyata aku salah, dia orang yang berada disekolah yang sama denganku. Karena siswa di sekolahku yang terlalu banyak jadi aku tidak bisa mengenalinya satu persatu selain bahwa aku memang tidak pandai bergaul dengan yang lain. Aku tau itu ketika kenaikan kelas delapan, perekrutan untuk kelas yang bisa dibilang berbeda dari kelas yang lain, disana aku melihatnya dan langsung bisa menebak bahwa itu adalah Melati. Iya, semenjak itu aku menjadi teman sekelasnya disekolah sekaligus teman sekelasnya diluar sekolah. Awalnya kami tidak akrab, tapi karena kami bertemu hampir setiap tiga kali dalam seminggu diluar jam pelajaran sekolah dan hampir setiap hari di sekolah, mungkin itu yang menjadikan kami akrab pada akhirnya hingga menjadi seorang sahabat hingga kini. Aku mungkin cukup bisa berbangga, karena setelah kami berada pada kelas yang sama aku bisa menggantikan posisinya. Mungkin itu  hanya keberuntungan saja atau karena  memang ambisiku yang ingin menguasai bahasa itu. Entahlah, tapi aku tidak bermaksud untuk menyakitinya dan dia aku rasa terlihat biasa saja dan bisa menerimanya. Ah, terimakasih, kau sudah memberikan aku dorongan agar aku berusaha untuk terus menjadi lebih baik dan lebih baik lagi bahkan hingga saat ini.
            Keakraban kami memang tidak diragukan lagi, seperti kau menyebutkan kata “Bunga Melati”, kau akan merasakan sesuatu yang rasanya aneh dan kurang tanpa menambahkan kata Bunga.  Dan jika kau masih meragukan kkata itu, kali ini aku harus menuliskan bunga yang lain, yaitu “Kembang Sepatu”. Yah, kata Kembang memiliki arti yang sama dengan Bunga dan jika kau menyebutnya tanpa menambahkan kata kembang maka itu pasti memiliki arti yang lain lagi. Seperti dua kata itu, aku bisa mengatakan bahwa seperti itulah perbedaan kami. Tapi, jangan mengira karena namaku adalah Bunga maka aku adalah kembang disana. Tidak, aku adalah sepatu-nya. Sepertinya aku tidak perlu menjelaskannya lebih jauh, kalian bisa menangkap kata-kata itu, bukan?
            Hari itu, seperti biasanya kami menghadiri pertemuan les, ya kami kedatangan teman baru. Kami melanjutkan hal yang biasa kami lakukan yaitu debat. Kali ini kami akan dipasangkan dengan teman baru. Aku selalu dipasangkan dengan dia. Melati juga begitu, dia dipasangkan dengan temannya Daun. Ah, namanya Daun. Tapi sayang, baru setelah beberapa bulan dia ditempat kami, kami tidak melihatnya lagi. Aku tidak bisa berpasangan dengannya lagi ketika debat. Kami tidak bisa menyaksikan tingkah-tingkah konyol dan lucunya yang selalu sukses membuat kami sakit perut karena tertawa. Dia humoris sekali walaupun kadang tidak begitu mengenai topic bahasan. Tapi, itulah yang membuatnya berbeda dimataku. Mungkin, sesuatu telah terjadi padaku. Karena aku terus saja merindukannya walaupun akhirnya kamipun harus pergi karena tidak ada waktu lagi sibuk dengan sekolah kami.
            Temanku, Melati memutuskan untuk kembali ketempat itu dan mengajakku suatu hari. Tapi, aku katakan aku akan datang lagi kesana ketika tahun ajaran baru saja dan memulainya dari awal.  Dan jadwalnya dia akan langsung pergi kesana setelah pulang sekolah. Yang mengejutkan adalah, katanya dia melihat Daun lagi. Aku senang sekali mendengar hal itu. dengan begitu aku akan melihatnya lagi. Tapi, aku masih mengatakan bahwa aku akan datang ketika tahun ajaran baru saja dan sepertinya dia memahami itu.
            Aku ingin cepat datang tahun ajaran baru itu, aku ingin melihatnya. Sudah lama sekali tidak berjumpa dengannya. Yah, aku harus mengakui hal yang aku katakan sebelumnya, aku merindukannya. Tapi rasanya lama sekali menunggu waktu itu. Apakah mereka tidak tau bahwa aku sangat menantikanya? Aku menginginkannya secepat mungkin. Aku mengingat semua kebersamaan kami sebelumnya. Aku ingin mengulanginya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar