Sabtu, 17 Desember 2022
[Kondisi Tidak Adil yang Bisu]
Jumat, 16 Desember 2022
How Old Are You? How Does It Feels To Be At Your Ages?
Kipas Angin Penyejuk Jiwa
Rabu, 07 Desember 2022
Tarikan Nafas Penuh Pemikiran
Avocado, Mangga dan Bakso Bakar
Berpergian yang Mengesankan
Minggu, 04 Desember 2022
In Front of Me is My Favourite Woman
Sabtu, 03 Desember 2022
Hotel Des Indes - Menteng
Jumat, 02 Desember 2022
First Flight of PUKL Muba for LTKL
Kamis, 24 November 2022
Bubur Pagi untuk Makan Siang
Sepuluh Menit Yang Berharga
Rabu, 23 November 2022
Pagi Damai Penuh Syukur
Minggu, 20 November 2022
Kopi Susu Jahe Pertama-ku di Malam Minggu
Aku duduk rapi dengan posisi tubuh tegap sambil tersenyum manis di depan benda kesayanganku, benda yang ku gunakan untuk menunjang kesibukan sehari-hariku, berwarna hitam persegi panjang di atas meja kecil. Aku mengangkat tanganku lalu mengikat rambutku, agar lebih segar mataku. Setelah itu, tangan sebelah kiriku kuletakkan di atas benda hitam persegi itu sedangkan tangan kananku sambil mengambil beberapa lembar tisu, beberapa saat kemudian aku mengelusnya lembut dengan tisu itu. "Sayang, malam ini kita akan cukup sibuk ya. Tolong bantu aku." Mungkin itu yang aku maksud dan ingin aku sampaikan dengan kata-kata melalui perlakuan itu. Semoga dipahaminya. Hahaha.
Kesegaran mata dari mengikat rambut tidak bertahan lama. Mataku mulai meredup lagi, aku pun jadi berencana mengerjakannya sambil berbaring di tempat ternyamanku. Aku membawanya di atas kasurku sambil menghela nafas kasar, dan bergumam di dalam hati "ini sibuk tapi aku suka."
Di atas kasurku, senyuman mulai terpancar di wajahku, membayangkan beberapa cemilan yang mungkin saja akan ku makan malam ini, aku yang sedari awal menyadari jadwal tidurku awal waktu, sudah bersiap-siap dengan meminta tolong dibelikan kopi sachet sebelum masuk kamar. Sambil bercanda sedikit ingin juga dibelikan beberapa cemilan. Hehe. Aku sadar betul, perlu sekali energi untuk mengerjakan sesuatu, termasuk diskusi ini. Aku tak kuasa, bukan tipe yang kalau laper tidur, tapi tipe yang kalau laper masak. Tapi karena ada beberapa kesibukan, jadi harus menyediakan alternatif asupan. Paling tidak, agar perutku tidak mengeluarkan suara-suara yang mengerikan. Wkwk. Hmm, kurang sehat memang, tapi tidak apa-apa lah ya sekali-kali. Bantu aku meng-'iya-kan' agar aku tidak merasa bersalah kepada diriku.
Pukul 19.55, aku mulai membuat link untuk rapat malam ini, mengetik nama dari handphoneku dan mengirimkan undangannya. "Semoga tidak terlalu lama."pikirku. Aku baru saja melihat notifikasi pemberitahuan anime yang kutunggu kelanjutan episodenya. Sepuluh menit berlalu, ada pesan masuk di WhatsApp-ku "Yok Mbak. Rapat. Kita bedua aja dkpp mbak." Pesan itu aku baca. Aku menghela nafas lagi. Aku langsung mengirimkan gambar bukti bahwa aku sudah di ruang diskusi. Ingin sekali rasanya ku bilang "Aku sudah menunggu, dari 10 menit lebih yang lalu, sesuai dengan kesepakatan tadi siang." Tapi aku urungkan niatku, terlalu banyak kata, bukti saja sudah cukup pikirku. Mataku sudah mulai mengeluarkan air mata tanda ingin segera dipejamkan. Aku bangkit dari baringku, supaya tidak tidur mataku.
Aku meletakkan ibu jari dan jari telunjuk di sisi kanan kiri bibirku lalu menarik bibirku agar terukir senyumku. Tujuanku tetap sama, supaya tidak tidur. Jikalau sedang lelah, coba saja caraku, mungkin ampuh juga padamu. Selain itu, itu juga salah satu caraku, agar tetap berfikiran positif dan tetap bersemangat. Yuk kita praktik dulu, biar sambil senyum baca lanjutan tulisan ini. Mohon bersedia meletakkan ibu jari dan jari telunjuk di sisi kanan kiri bibirmu, lalu mari tersenyum ☺️ Kan, manisssseee!
Akhirnya mulai juga diskusi kami. Mengerjakan beberapa bagian yang perlu diselesaikan. Deadline katanya, tapi aku tidak terlalu suka dengan kata 'suruh'. Lebih senang dengan kata 'tolong', pun sama-sama manusia, atau cukup sebutkan saja tenggat waktu, atau ingatkan saja tanpa harus dengan kata suruh, kurasa semua orang akan sadar akan tanggung jawab sesuatu. Selain itu, tidak mungkin melepaskan tanggung jawab, bukan? Ah, aku sangat gusar dengan kata suruh itu. Nanti, nanti, mohon sekali untuk bersedia tidak memakai kata-kata itu ya, terima kasih. Kami juga sejak awal sudah menentukan tenggat waktu kami tersendiri, cukup ingatkan saja. Hehe.
Diskusi diawali dengan berbagai macam cerita, diskusi non formal seperti ini memang seperti itu, bahasan apa saja bisa masuk, termasuk mengeluhkan beberapa hal. Hehe. Tapi tetap saja dikerjakan, kembali lagi tentang tanggung jawab. Semoga para pembaca, memiliki budi pekerti baik ya. Seorang insan dengan sopan santun, tidak lupa tiga perkara: maaf, tolong dan terima kasih sebagai bekal interaksi sesama manusia. Kita saling menghargai ya.
Beberapa menit berlalu, adikku masuk kamar dan membawa cemilan di dalam kantong plastik putih. Ku pikir ini adalah hasil dari bercanda.
Adik: "Ayuk, ini jajan." Sambil menunjukkan sekantong plastik putih penuh di depan pintu kamar.
Novi: "Wah, allhamdulillah ya. Tumben. Perhatian sekali." bergumam di dalam hatiku.
Aku hanya berisyarat untuk diletakkan di sampingku, sesuai dengan arahanku, adikku masuk ke dalam kamar lalu keluar lagi, ku perhatikan sambil mengintip layar laptopku sebelum melangkahkan kaki keluar. Semoga nanti bisa jadi pengusaha sukses ya, Dik ataupun hal lain sesuai yang dicita-citakan. Aamiin.
Aku tersenyum, bagaimana tidak, aku hanya berpesan untuk dibelikan kopi sachet saja, ada sih bercanda cemilan, dan ternyata memang dibelikan, cemilan lainnya. Terima kasih ya.
Pukul 21.00 WIB, ibuku datang ke kamarku, mungkin ingin sekedar melihat aku dan kulihat kehadirannya membawa secangkir kopi di tangan kanannya. Padahal, aku belum meminta, tapi sudah dibawakan saja. Maafkan aku, dan terima kasih atas pengertiannya, Ibu. 🤗 Maafkan aku, maafkan atas kesibukan-kesibukanku yang sepertinya sibuk sekali ini 🙏 Aku mengucapkan terima kasih lalu melanjutkan bicaraku di layar virtual itu.
Sejujurnya aku belum pernah mencicip kopi yang dibawakan ibuku. Aku mulai menyeruput kopi panas itu, sekali saja. Langsung kuletakkan lagi gelas itu. Ku seruput lagi, beberapa kali. Hmm, agak panas lidahku, rasanya tidak terlalu manis dan menyisakan semacam aroma jahe di mulutku. Jujur, ini pertama kali bagiku, suka, tapi tidak terlalu suka. Bagaimana ya? Opsi terkahir saja lain kali. Maaf ya, lebih suka kopi yang lain. Hehe.
Sebotol air putih di kamarku habis, sekarang sudah pukul 23.00, haus sekali rasanya, tapi malas sekali keluar kamar. Untungnya kopi susu jaheku masih ada, walau sudah dingin. Hiks. Aku kemudian meminumnya, sampai habis. Kopi susu jahe pertamaku di malam minggu, ternyata tidak bersisa. Wkwk.
Sejak tadi, mataku sungguh sehat, tidak mengantuk sama sekali, diskusinya juga cukup panjang. Belum selesai sampai jam segini. Padahal aku reminder tadi "sampai pukul 23.00 ya." Nyatanya hampir pukul 24.00 WIB.
Setelah itu, aku pun belum mau terlelap, mencoba beberapa hal hingga pukul 02.00 dini hari. Masih belum merasa mengantuk, tapi aku paksa untuk siap siap tidur, lalu mematikan lampu kamarku. Agar cepat terlelap, takut besok subuh kesiangan. Rencananya mau sampai subuh, tapi ku kira itu tidak baik untuk kesehatanku. "Cukup waktu itu saja tidak tidur sampai subuh ya, jangan diulangi lagi." Berbicara pada diriku sendiri.
Alhamdulillah, akhirnya aku pun terlelap, mungkin pukul 02.30 WIB. Besoknya aku bangun pagi sekali, pukul 04.45 WIB kulihat jam dinding. Wah, kenapa ya?
Sorenya aku bercerita dengan seseorang, lalu dijawabnya "Mungkin karena kopinya."tulisnya seperti itu. Kopi susu jahe pertamaku.
Sabtu, 12 November 2022
Lelah Dunia Yang Tidak Berkesudahan
Rabu, 02 November 2022
Inkubator Peneliti Muda Lanskap (IPML) #lastday
Minggu, 16 Oktober 2022
dalam diam rindu memburu
Minggu, 28 Agustus 2022
Bolehkah Aku Meminta Berjumpa Berkali-kali (2)
Sabtu, 13 Agustus 2022
Bolehkah Aku Meminta Berjumpa Berkali-kali? (1)
Hari itu, hari Jum'at seingatku, hari pertemuanku. Entah sudah ke-berapa kali dalam tahun ini, tapi rasanya seperti pertama kali ingin bertemu, banyak sekali sebenarnya yang muncul dibenakku. Seperti "Apa yang harus aku katakan saat pertama kali melihatnya?" Apa yang harus aku lakukan saat bersamanya. Entahlah, takut iya, tapi rindu lebih kuat dari rasa takut itu. Aku kuatkan diriku, aku akan baik-baik saja. Begitu pesanku pada diriku.
Pukul 14.00 WIB, aku sudah siap berangkat, sekali lagi aku katakan, pertemuan ini seperti baru pertama kali berjumpa saja, sebenarnya hatiku rasanya tidak lega, bergetar dan aku akui, panas dingin sebelum berjumpa. "Ah, aku harus pergi. Benar, rindu sekali." begitu batinku bisikkan. Aku juga tidak sabar melihat apa yang akan aku pelajari darinya hari ini. Aku percaya, setiap kali aku berjumpa dengannya, ada saja hal baru yang aku ketahui dan yang bisa aku pelajari, dan itu sangat menarik bagiku. Aku suka sekali. Aku suka dengan prinsip yang dipegangnya.
Aku mengirimkan pesan singkat, "aku sudah sampai." Sebuah gedung tinggi dengan dekorasi modern dan minimalis di depan aku berdiri sekarang, cukup ramai lalu lalang orang berkeperluan dan berkepentingan di tempat ini. Ada kursi menunggu di depannya dan ditata sedemikian rupa cantik menurutku. Tapi belum menerapkan konsep ramah lingkungan sepertinya setelah kutelisik cukup lama, menatap beberapa ornamen yang terpajang di depan mataku. Aku melangkahkan kaki ku masuk ke dalam sambil melihat layar teleponku. Ingin sekali aku kirim seperti ini "Sayang, aku ingin cepat jumpa." Haha, tapi tidak begitu yang ku kirim "Tidakkah aku dijemput?" sambil menyisipkan panggilan sehari-hariku padanya di pesan itu dengan perasaan yang berdegup kencang. Aku ingin memanggilnya dengan manja, tapi tidak kulakukan. Hehe. Kau tau, aku takut sekali salah memanggil. Tunggu waktu yang pas saja.
Layar teleponku menyala dan aku membaca pesan, tertera disana sebaiknya aku langsung saja menemuinya tanpa harus dijemput. Aku terus saja meyakinkan dirinya untuk menjemputku. Aku menoleh ke kanan dan ke kiri, memperhatikan sekitarku, siapa tau ada yang akan masuk ke ruang itu. Ada juga terbesit ingin bertanya kepada petugas disana. Sejujurnya aku tidak tau tempat masuknya. Ini baru pertama kali aku memasuki tempat itu. Beberapa kali meminta, akhirnya dikabulan juga. Aku mendapatkan balasan bahwa aku akan dijemput. Ah, senang sekali. Terukir seulas senyum di wajahku. "Aku jadi semakin cinta." begitu pikirku. "Kenapa semakin hari semakin bertambah rasa sayangku ya?" Aku bertanya kepada diri sendiri sambil menengok lagi kiri kananaku, memastikan kembali apakah ada yang akan masuk keruangan itu atau tidak. Kan, benar, hal baru yang aku pelajari kan? Sulit untuk menolak jikalau sudah diminta, kaan? Tapi tetap dengan penyampaian yang baik. Senang sekali.
Tiga menit kemudian, aku melihat ada segerombolan orang datang, mereka sepertinya keluarga, masuk dan menanyakan tempat seperti yang ingin aku tanyakan, "Oh, Allhamdulillah." Hatiku bersyukur, aku tidak jadi terlihat manja. Sedikit terkikik dalam maskerku, aku bisa ikut bersama mereka masuk. Layar teleponku menyala, aku ditanya dimana keberadaanku, aku dicari-cari karena sepertinya aku tidak terlihat dari tempatnya berdiri. Aku langsung membalas "Aku sudah jalan, di dalam 'ruang ini', sebentar lagi sampai. Tunggu ya." Hatiku semakin berdegup kencang. Apa yang akan aku katakan, 30 detik lagi aku akan melihatnya.
Pintu itu terbuka. Aku berterima kasih kepada ibu- yang membantuku menekan tombol tempat pemberhentianku. Aku cukup jauh dari sana untuk menekannya. Aku berjalan dengan hati-hati. Aku lihat kanan-kiri. Taraaa..., aku melihatnya dari belakang sedang berdiri dengan gagahnya melihat ke arah bawah. Aku berjalan pelan sekali, tidak ingin diketahui kehadiranku olehnya. Aku mendekat, lalu berhenti dan berdiri tepat dibelakangnya. Aku memperhatikannya "Maasyaa Allah. Seperti angin yang memberikan kenikmatan pada benda-benda berdebu. Konon benda itu berada di tempat tanpa penghuni. Angin itu meniup butiran debu itu, menguak betapa cantiknya benda yang tersembunyi itu."pikirku. Ingin sekali langsung kupeluk. Hahaha. Tentu saja tidak ku lakukan. Aku tidak segila itu, melakukannya di tempat terbuka. Apalagi tempat umum. Aku bisa sesabar itu untuk hal-hal yang seperti ini. Kurasa hampir dua menit aku berdiri di belakangnya, sampai akhirnya, aku melihatnya menghadapku.
"Oo...."reaksinya cukup terkejut melihatku. Terbukti suaranya agak meninggi ketika menolah ke belakang melihatku. Lalu, kami tertawa bersama. Aku merasa bersalah, tidak mengatakan apa-apa ketika sampai di dekatnya. Tapi, tawanya itu benar membuatku cukup terobati rindunya. Aku berjalan disampingnya, agak pelan lalu mengikuti dari belakangnya.
Aku benar- bertemu dengannya hari ini.
Kami duduk di tempat yang cukup berjauhan, mungkin dua meter, aku tidak pandai dalam menghitung. kira-kira begitulah. Aku duduk di kursi berwarna cokelat dengan kerangka kayu kokoh. Ah, suka dengan motif ini tapi aku bertanya pada diriku "Apakah ini kayu yang digunakan berasal dari tempat yang benar? Maksudku, apakah bukan illegal logging?" hatiku berbisik. Aku mengalihkan perhatianku, aku melihatnya duduk di tempat semacam sofa berwarna putih. Empuk sekali sepertinya. Aku membuka mulutku ingin mengajaknya berbicara...
Next ga nih? Penasaran ga sama yang mau aku bicarain dengannya? Wkwkk
Marriage [May we marry the right one]
Jumat, 29 Juli 2022
Tentang Memilih Kata Agar Tidak Menyakiti Orang Lain
Bicara adalah aktifitas mengeluarkan suara bermakna dengan tujuan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Berbicara atau mengeluarkan kata-kata adalah hal yang mudah bagi orang dewasa. Maksud saya, ada saja perkara yang bisa kita tanggapi tanpa berfikir panjang. Cakupan sempit dari berbicara salah satunya dalam berinteraksi antar sesama. Menyampaikan sesuatu dengan tidak memperhatikan pemilihan kosakata: sah-sah saja, setiap orang berhak atas dirinya, apalagi dalam hal menyampaikan suara. Tinggal lagi, kesadaran diri dan kekuatan hati untuk perlu mengingat firman Allah Ta'ala (yang artinya), "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir." (QS. Qaaf [50]: 18).
Memilih kata artinya menyeleksi penggunaan kata yang akan kita sampaikan. Saya yakin sekali, jika dipikirkan dengan baik, ada banyak pilihan kata yang muncul di kepala, ya kan? Kita bisa memilih kata yang tentu saja menurut saya patut memposisikan diri kita sebagai seorang pendengar yang akan mendengarkan kata yang akan kita sampaikan tersebut. Apabila dipikirkan sudah baik dan tidak akan menyakiti orang lain, bolehlah disampaikan maksud dan tujuannya, benar kan?
Tidak semua orang mampu, pun saya juga begitu. Tapi tetap saja, berusaha untuk terus memperbaiki diri adalah kuncinya. Ingat prinsip: bicara baik atau diam.
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَليَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُت
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau hendaklah ia diam.” (Muttafaq ‘alaih: Al-Bukhari, no. 6018; Muslim, no.47)
Jangan sampai kita menyesali ucapan-ucapan kita. Pikirkanlah dengan baik! Ada banyak manfaat dengan memilih kata agar orang lain tidak tersakiti oleh kata-kata kita. Secara pribadi menurut saya manfaatnya adalah membuat orang lain bahagia sehingga kita menjadi hamba yang paling dicintai Allah, tidak merugikan diri kita, dan membuat diri kita dan orang lain instrospeksi diri dengan baik tanpa terbawa emosi.
Semoga Allah menjaga kita semua. Yuk, sama-sama jaga lisan!
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُوولًا
‘Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan dimintai pertanggung-jawaban.’ (QS. Al-Isra’:36)
Kamis, 28 Juli 2022
What does a woman want from a man?
Kamis, 21 Juli 2022
Menyayangi Diri dengan Merawat Diri
Bismillahirrahmanirrahim. Sebentar lagi memasuki usia seperemapt abad. Sudah tua katanya, maksudnya sudah tua untuk belum menikah. Sudah matang umurnya, kata orang. Tapi kembali lagi tentang kesiapan dan kemauan, bukan? Bukan ingin membahas tentang pernikahan yang sedang trend pembahasannya di kalanganku, namun ingin sedikit menceritakan tentang menyayangi diri. Menyayangi diri dengan menjaga dan merawat yang sudah Allah titipkan pada kita. Cukup lama memang untukku mulai sadar, bahwa merawat diri itu penting. Maksudku, merawat dengan sepenuh hati. Bukan berarti setiap hari tidak merawat, hanya saja kurang maksimal.
Sejak SMA, aku selalu diingatkan, untuk mulai mengunakan bedak yang sudah tersedia di rumah, bedaknya, bedak bayi. Agar cukup enak dipandang, ibuku bilang. Seingatku, jarang sekali kuindahkan perintah itu. Maklum saja, aku benar orang yang acuh tentang penampilan. Terpikirkan olehku, tentang begitu cerdasnya orang-orang disekolah ku, di sisi lain, memang kebanyakan temanku tidak terlalu peduli juga soal penampilan. Ada yang peduli, tapi beberapa saja. Teman akrabku malah sangat tidak memperhatikan penampilannya, jadi aku tak ambil pusing tentang penampilan. Seperti hadist rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini:
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. (HR. Abu Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, dari Abu Hurairah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ 3545) Klik untuk baca lengkap!
Toh, Allhamdulillah, bahkan dengan tidak menggunakan apa pun, wajahku juga tetap tidak berjerawat, jadi untuk apa pikirku? Benar, kaan?
Akhir-akhir ini, ada yang cukup menganggu pikiranku, nyatanya, tak peduli terhadap penampilan mulai terkikis. Sejak membaca dan mendengarkan beberapa ceramah. Bahwa menyejukkan mata adalah sebuah perintah. Aku mulai bertanya, mulai mencari, persiapan saja, sebagai bekal nanti jika sudah ada yang disejukkan matanya. Hahaha, Begitulah akal pendek pada mulanya. Seiring waktu berjalan, malah semakin bersyukur bahwa diri sudah mulai mengerti, tentang merawat dan menajaga diri.
Semoga para pembaca dan penulis dapat menjadi penyejuk mata yang dipunya ya, jika belum saat ini, semoga nanti di masa depan. Tetap sehat dan rawat diri, dengan tidak meninggalkan kewajiban kepada sang Pencipta dan kepada sesama. Bismillah. Semangat!
Kamis, 16 Juni 2022
Tentang Tanggung Jawab Sesama Manusia dalam Bekerja
Musyawarah memang perlu, apalagi berdiskusi. Beberapa kesempatan memang mengharuskan dua hal tersebut. Namun beberapa kondisi tidak harus, bukan? Bekerja sama dengan orang lain tentu saja adalah salah satu tempat dimana musyarawah dan diskusi adalah hal yang biasa dilakukan. Bahkan untuk setiap kesempatan, hampir semua anggota akan mengatakan iya. Berbeda halnya dengan atasan, namun tetap dengan saja mempertimbangkan pendapat anggotanya, bukan? Maksudku, beberapa orang bahkan meminta pendapat anggotanya dengan berbagai alasan yang bisa diterima lalu barulah memutuskan hal atau keputusan apa yang akan diambilnya, misalnya salah satu bidang yang tidak dikuasainya. Bisa saja begitu, kan?
Tentang memberikan pilihan dan harus dipatuhi, kurasa begitulah konsekuensi dari bekerja bersama orang lain. Bisa saja kita tidak mematuhi, namun ada konsekuensi lain dari hal tersebut. Pilihan terburuknya adalah seharusnya meninggalkan. Bukankah komitmen dan surat tertulis menjadi dasar atas kewajiban yang harus dilakukan? Lalu, sebagai sesama kenapa jadi seperti ini? Semua orang bisa saja mementingkan diri sendiri tapi setahu saya, kepentingan orang banyak adalah hal yang harus didahulukan. Jadi, bagaimana? Mungkinkah ada yang lebih penting?
Berada pada dua tanggung jawab yang seharusnya dapat diatur dengan baik, tentu saja adalah hal yang diharapkan semua orang. Namun, kalau saja dua tanggung jawab tidak mampu membuatmu menjalankan hak sesama manusia dan hak kepada Allah, kenapa memaksakan hal tersebut? Kenapa tidak disudahi saja pikirku?
Memang untuk berfikir positif itu bisa saja dilakukan oleh setiap orang, namun beberapa kali sudah berfikir positif membuatku cukup kapok, tentu saja ada hal negatif dalam diri yang sebenarnya menjerit ingin didengarkan. Saya sedang mengontrol diri, pikriku. Jangan sampai membuat orang lain tersakiti. Jangan sampai dzalim!
Pilihan dan musyawarah, kerja sama dan patuh adalah hal yang tidak terlepas dari kehidupan kita. Jangan sampai, jangan sampai hal ini membebankan kepada orang lain. Tetaplah profesional dan bersahaja. Kapan datang waktu berkomitmen, berkomitmenlah dengan benar karena tanggung jawab sungguh akan dipertanyakan di akhirat. Maksudku, semoga kita termasuk orang-orang yang tentu saja menunaikan kewajiban sebagai manusia kepada manusia dan yang paling utama kepada Allah. Aamiin.
Minggu, 12 Juni 2022
Perjalanan Survey Awal “Vaksinasi Kelompok Rentan (Suku Anak Dalam [SAD] dan Penyandang Disabilitas) Kabupaten Musi Banyuasin
Pagi-pagi sekali (Sabtu, 28 Mei 2022) kami sudah bersiap untuk berangkat ke lokasi selanjutnya, yaitu desa tempat SAD Libok Telapak (Kubu Lebar Telapak) berada yang diketuai oleh Pak Syafe’i, Desa Sako Suban Kecamatan Batanghari Leko. Perjalanan kami pagi ini awalnya ditemani dengan hujan gerimis. Lamanya perjalanan kami menuju lokasi selama 4 jam. Lokasi yang ditempuh jauh ke dalam, kali ini kami melewati Kebun Sawit PT dan semakin mendekati ke lokasi maka kami temukan banyak sekali illegal drilling oleh warga. Awalnya kami bertemu dengan salah satu warga yang mengurus masjid sebelum ke lokasi SAD dan pukul 13.57 WIB kami sudah berada di lokasi dan berbincang dengan Ketua SAD disana, Pak Syafe’i. Berdasarkan informasi yang kami dapatkan, total penduduk yang tinggal disana sebanyak 20 jiwa dan sudah beridentitas. Artinya SAD Sako Suban sudah memiliki KTP dan KK. Pukul 15.00 kami sudah beranjak pulang ke penginapan. Sebelum ke penginapan kami bertemu dengan mantan Kepala Desa Sako Suban, disana ada kejadian yang tak terduga, ada kecelakaan kerja warga yang melakukan illegal drilling. Kami membantu membawanya ke rumah Pak Mantri Hasan, namun karena kurangnya oksigen, Pak Mantri Hasan menyarankan untuk membawanya ke Puskesmas Bintialo. Kecelakaan kerja yang dialami warga tersebut yaitu luka bakar di sekujur tubuhnya. Ngeriii…. Pukul 16.58 WIB akhirnya kami sampai di Puskesmas Bintialo, dan memutar arah kembali ke Bayung Lencir. Barulah pukul 20.47 WIB kami sampai ke penginapan. Alhamdulillah. Perjalanan akan dilanjutkan besok ke Desa Sukajaya, Kecamatan Bayung Lencir.
Pada tanggal 29 Mei 2022, kami melakukan survey desa ke tiga untuk kegiatan Vaksinasi Kelompok Rentan, dalam hal ini adalah Suku Anak Dalam (SAD). Desa tersebut adalah Desa Sukajaya Kecamatan Bayung Lencir. Awalnya kami akan mengunjungi Desa Muara Bahar Kecamatan Bayung Lencir. Namun menurut Kepala Desa Muara Bahar, SAD disana sudah nomaden dan memerlukan beberapa waktu lagi untuk menjumpai mereka. Oleh karena itu, Bang Adios memutuskan untuk mengunjungi desa alternatif yaitu Desa Sukajaya. Kami bertemu langsung dengan kepala Desa Sukajaya yaitu Pak Sunarto di rumahnya. Kami menggali berbagai macam informasi darinya. Menurutnya SAD disana sudah memiliki identitas baik KTP dan Kartu Keluarga. Persentase warga yang sudah divaksin yaitu sebesar 50%. Nama lain SAD disini adalah SAD Wak Asan Panjang. Total penduduknya yaitu 30 jiwa dengan 14 Kepala Keluarga namun ada 3 orang yang baru menikah dan belum tercatat memiliki identitas seperti yang lainnya.
Jumat, 10 Juni 2022
Rindu yang Malu-malu Nampak Diakui
Rabu, 08 Juni 2022
Rindu yang Tak Pernah Bosan
Selasa, 07 Juni 2022
Kemana Harus Ku Sampaikan?
Minggu, 29 Mei 2022
Survey Awal Kegiatan Vaksinasi Kelompok Rentan (Suku Anak Dalam dan Penyandang Disabilitas) Kabupaten Musi Banyuasin
Bismillah.
Tanggal 27 Mei 2022, setelah melalui proses yang cukup panjang dan menyita banyak waktu untuk persiapannya, akhirnya kami berangkat untuk melakukan proses survey awal kegiatan vaksinasi Kelompok Rentan (Suku Anak Dalam dan Penyandang Disabilitas) Kabupaten Musi Banyuasin. Tentu saja, ini pertama kali bagiku dan sangat menantikannya.
Pesan Abahku "Takutlah kepada Allah"
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun, mempersiapkan keberangkatan survey yang seharusnya sudah dilaksanakan dua hari lalu. Persiapan pun harusnya sudah aku lakukan semalam, tapi mataku sudah berat, mengantuk sekali. Jadi, aku pun memilih terlelap.