Aku membuka mataku asal, sekarang sudah pukul lima. Aku telat lagi subuh tepat waktu. Aku kesal pada diriku, "Ahhh, padahal semalam sudah janji." rutukku pada diriku pasalnya semalam aku katakan pada diriku bahwa aku harus memulai kembali kebiasaanku. Aku harus bangun pukul tiga seperti biasa lalu menikmati hangatnya air pada jam itu ditubuhku. Aku harus menata kembali diriku dan hatiku. Entahlah, sepertinya banyak sekali dosaku hingga aku tak mampu lagi melakukannya seperti dulu. Menyedihkan sekali. Aku berjanji berkali-kali pada diriku untuk memperbaikinya, lagi-lagi aku mendapati diriku kecewa pada diriku. Kubilang sesekali ini toleransi pada diriku, namun keseringan membuatku terbuai dan lalai. "Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan?" aku panik dan berperang dengan pikiranku. Aku khawatir sekali, kebiasan-kebiasan buruk ini akan membawaku semakin jauh dari Rabb-ku. Aku harus bertindak. Setidaknya sedikit tegas tanpa memberi ampun. "Ayolaaah." batinku merengek pada diriku. Min husni islamil mar-i tarkuhu maa laa ya'niih. Diantara tanda baiknya keislaman seseorang adalah meninggalkan apa yang tidak bermanfaat baginya.
"Baiklah, mari memulai hari ini dengan baik. Bismillah." aku katakan pada hatiku sembari memberi semangat. Aku bangkit dan segera bergegas menunaikan kewajibanku. Manusia suka begitu, telat menghadap Allah biasa saja, telat bertemu teman rasanya sudah tidak enak. Apalagi yang sudah kerja, begitu takut tak tepat waktu jika dipanggil yang kuasanya lebih besar. Padahal siapa yang kuasanya paling besar? Allah. Allah yang Maha Kuasa atas segala sesutu. Namun akhir-akhir ini aku temui kebanyakan di nomor dua-kan. Semoga Allah menjaga kita semua dan membukakan hidayah untuk terus kita ingat kepada-Nya. "Masih hujan. Allhamdulillah." Aku mengucapkan rasa syukurku, aku sangat menyukai hujan. Suasana dingin menjadi favoritku untuk menikmati hari, dan hari ini aku menikmatinya sambil menuliskan ini. Aku harus berfikir, setidaknya dengan menulis, aku mulai merapikan beberapa hal yang mengganjal dihatiku lalu bisa mencari akar permasalahannya dari dalam diriku dan aku harap menemukan solusi. Aku yang paling paham diriku. Maka, aku harus menemukannya untukku, aku tak pandai mengatakannya lamgsung. Aku takut, takut kalau yang ku ajak bercerita sedang sibuk sedang aku meminta waktunya untuk mendengarkan cerita tak bermanfaatku. Kurasa aku sudah melakukannya beberapa tahun yang lalu, seperti itu. Jadi, tidak mungkin kan aku akan mengulanginya lagi? Aku kan sudah berjanji untuk menjadi lebih baik lagi. Aku tersenyum.
Aku memasang wajah terbaikku, melangkahkan kaki keluar kamar dan menyapa ibuku. Pagi-pagi sekali sudah menjalankan kewajibannya sebagai seorang ibu sekaligus istri, mengagumkan sekali. Tidak pernah mengeluh dan sabar sekali. Tentu saja aku tidak mampu mengatakan pujianku ini secara langsung padanya. Hehe. Dalam diam aku sungguh terpesona dengan ibuku, pantas saja, Abahku memilikinya. Maasyaa Allah. Kemarin dan semalam kami sudah merencanakan kegiatan kami hari ini. Aku dan adikku, Nabila namanya. Kami harus bersabar sedikit lagi, dan memulai aktivitas lain. Sebentar lagi sekolah, iseng saja menanyakan perkara tulisan kepada dua orang adikku "Sudah lama tidak terlihat menulis, jangan-jangan lebih bagus tulisan Nabila." Aku tertawa mengejek. "Iya benar, lebih bagus tulisanku." Nabila menambahkan. "Coba, coba, mau lihat dong." ucapku bersemangat. Senang sekali melihat kompetisi seperti ini. Entah bagaimana, mereka memulai kompetisi menulis. Aku sangat menikmati euforia bertanding. Dahulu aku ingin sekali mewakili Indonesia sampai ke kancah Internasional. Kini, inginku membawa diriku lebih dekat lagi kepada penciptaku. Tidak peduli berapa banyak aku berjanji pada diriku, aku yakin akan menemukan jalan untuk kembali, menjadi lebih baik lagi, atas izin Allah tentunya. Menciptakan sendiri kompetisi dengan diriku. Semangattt. Man yuridillahu bihi khairan yufaqqihhu fiddin. Siapa yang Allah menginginkan kebaikan baginya, maka akan dipahamlan agamanya.