Selasa, 05 Januari 2016

Choosen

       Aku lelah.  Aku lelah dengan semua ini.  Aku lelah dengan kisah yang seperti ini.  Ini dan seperti ini saja.  Haruskah aku yang selalu seperti ini?  Haruskah aku yang menyembunyikannya?  Adakah kesalahan ku di masa lalu sehingga aku harus selalu seperti ini?  Seakan aku tidak berhak untuk merasakan sedikit saja kebahagian yang semua orang rasakan?  Apakah hanya aku yang merasakannya?  Apakah hanya aku yang melakukannya?  Entahlah,  otakku masih terus berputar dan menanyakannya pada dirkiku.  Tapi sampai saat ini aku belum menemukan jawabanya. Siapapun disana, bisakah tolong jawab semua rasa keingintahuanku tersebut setelah kalian membaca ini? Bisakah kalian berikan aku satu atau dua kata yang mampu membuatku terus untuk melakukannya atau berhenti saja?  Satu atau dua kata yang membuatku keluar dari belenggu bingung ini?  Atau satu atau dua kata tentang apa yang harus aku lakukan?  
        Hari ini alam menangis mengiringiku menulis ini dan memberikanku beberapa inspirasi serta membuatku semakin menikmati romansa menuliskan isi hati. Yah,  bak alam begitu memahamiku sampai sampai menangis bersamaku. Air yang jatuh mengenai bumi ini, aku tau bumi ini kesakitan,  aku tau, tapi dia tetap bertahan bahkan untuk waktu yang lama sekali,  bahkan semenjak aku belum dilahirkan sedangkan aku,  air yang jatuh ini,  yang mungkin hanya menyentuh pipi merah nan kasar ini,  kenapa membuatku sulit untuk bernafas?  Kenapa otak ini memikirkan hal hal yang negatif? Kenapa otak ini terus saja berfikir hal negatif?  Kenapa jiwa ini tersa begitu sesak penuh dengan semua kekecewaan dan ketakutan?  Kenapa bahkan aku tak mampu untuk mengatakannya bagaimana rasa sakitnya ini?  Tak terdeskripsi. 
        Bertanya, hanya bertanya,  hanya bertanya,  hanya bertanya dengan linangan airmata yang bisa ku lakukan?  Kenapa?  Bahkan pada akhirnya aku berfikir, kenapa dunia ini lebih banyak orang orang jahat?  Ataukah hanya aku yang merasa bahwa mereka jahat?  Atah mereka hanya berlaku jahat padaku?  Entahlah.  Aku masih belum mengerti. Aku,  aku, aku masih harus terus belajar. Aku, aku selalu ingin belajar tetapi kenapa aku merasa seperti aku tak belajar, apa yang aku dapatkan?  Kebanyakan mereka hanya menghasilkan kekecewaan?  Kenapa? 
        Untuk beberapa hal,  kadang aku berfikir, apa hidup yang seperti ini juga dialami kalian?  Apakah semua permasalahan kalian?  Apakah lebih berat?  Atau lebih ringan?  Aku pun bertanya kembali,  sebegitu kuat kalian memendamnya?  Sebegitu kuat?  Tapi aku, kenapa seperti ini,  untuk kisah ini, aku harus memberanikan diri untuk menuliskannya,  karena aku tau,  tulisan ini terkesan sedikit aneh. Bairkan,  biarkan aku mebgeluarkannya sedikit,  ini yah,  ini bahasaku dan aku mengertinya dengan caraku dan kalian, aku percaya kalian memahaminya dengan cara kalian. 
          Suara gemuruh juga mengiringi langkahku yang bepindah posisi dari duduk kemudian sedikit berbaring, mengistirahatkan kepalaku yang selama seharian ini tanpa tidur. Mengistirahatkan otakku yang masih saja penuhi pertanyaan pertanyaan itu. Dan mungkin, mengatur beberapa kalimat daru kata kata yang terus berterbangan di otakku.  Etahlah, banyak kalimat itu, aku bahkan bingung memilihnya.  Aku bingung harus memulai dari mana cerita ini. Untuk beberapa hal aku mengkhawatirkan jika kalian salah mengartikan ceritaku. Dan untuk kali ini, aku memberanikan diriku seperti sebelumnya.  Mungkin bukan kisah yang begitu mewah tapi ini benar benar mengangguku. Biarkan aku menuliskannya. 
           Seperti yang aku katakan,  hari ini alam menangis bahkan suara gemuruh keras bersamanya. Aku sedikit bersemangat bangun dari tempat tidurku. Mencari-cari hp ku sambil sedikit berharap cemas akankah ada beberapa pesan atau percakapan itu. Yah itu,  tak bisa ku pungkiri aku menunggunya. Aku malu mengatakannya,  tapi untuk beberapa orang aku melakukannya.  Seperti itulah.  Hehe. Jangan percaya kisah ini, karena beberapa hal dibuat sebagai khayalan pengarang.  Wkwk.  Jangan tanggapi serius karena beberapa hal disini main main.  Aku rasa kalian bisa memilih. Yehet.  Kalian bijaksana. Aku sayang. 
            Untuk kisah kali ini, awalnya tentang turnamen pasca porpov. Turnamen olahraga otak itu, bridge namanya. Ada yang menarik kali ini,  dan aku sangat senang, karena ini turnamen perdana aku sebagai mahasiswa walaupun aku dan partnerk-ku sama sekali tidak bertemu dan latihan setelah porprov sekitar 5bulan yang lalu.  Entahlah, mungkin karena akan bertemu rekan setim-ku aku begitu bahagia dan benar-benar ingin pergi kesana. 
              Bermodalkan nekat karena belum pernah pergi sendiri ke Palembang dari tempatku menuntut ilmu,  aku memberanikan diri. Aku yakin ini karena aku begitu merindukan Bridge-ku. Aku ingin sekali bermain lagi,  karena untuk setiap orang yang aku tanyakan, tak seorangpun yang berkata bahwa mereka bisa dan mau bermain denganku.  Begitulah,  mungkin karena itu aku terlalu bersemangat.  Entahlah,  tapi aku yakin karena itu. Untuk beberapa cerita, Andri datang menjemputku di bawah jembatan merah itu.  Bukan,  jangan berfikir aku mengemis dan menggelandang disana.  Tempat itu, tempat yang mudah yang semua orang tau hingga akhirnya,  aku datang ke turnamen itu dan bertemu dengan pertnerku.  Entahlah.  Aku hanya bisa mengatakan bahwa aku senang.  Walaupun porpov tak bisa diraih pasangan putri terbaik tapi disini aku benar benar senang. Aku senang bisa bermain disini. Dan aku senang dan aku senang. 
           Mungkin jika hari itu aku tak datang, aku tak akan merasakan hal ini. Entahlah. Aku merasa ada seseorang yang begitu baik.  Baik sekali atau mungkin hanya perasaanku saja. Tapi aku percaya dia baik. 
          Biarkan ini sampai disini saja.  Terimakasih sudah meluangkan waktu untuk membaca tulisan yang tak bermakna ini, saya sangat mengaharapkan untuk kritik dan saran agar saya bisa berkembang lebih baik lagi.  Sekali lagi terimakasih. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar