Menghukumi pelaku kejahatan itu diajarkan, memukul anak ketika ia malas shalat itu juga dicontohkan, memukul istri yang tidak patuh bila di rasa perlu, juga disyariátkan, mengingkari kemungkaran jelas jelas ajaran.
Sebagaimana melampiaskan emosi, kekesalan diri, dan nafsu balas dendam itu juga kenyataan.
Bagaimana anda bisa memukul benar benar sebatas mendidik, mengingkari kemungkaran tanpa ada unsur dendam atau merlampiaskan nafsu kekecewaan?
Yang jelas tidak ada satuan ukur yang baku yang bisa anda gunakan, tidak ada kilo gram, atau meter, atau kwh, atau KBPS, atau lainnya.
Yang ada adalah kejujuran anda dan kesadaran akan mempertanggung jawabkan setiap tindakan dan ucapan anda kelak di hari qiyamat.
Sepaujtnya anda bertanya kepada diri sendiri, sebleum berbuat atau berkata: benarkan ini karena Allah ataukah karena luapan emosi pribadi?
Dan setelah melakukan atau bertutur kata: benarkan semua yang telah aku lakukan dan ucapkan benar benar karena Allah ataukah diboncengi emosi pribadi dan hasrat menyalurkan nafsu diri?
Imam Ibnul jauzi berkata:
والطريق الثاني الغضب للنفس وربما كان ابتداء وربما عرض في حالة الآمر بالمعروف لأجل ما يلقى به المنكر من الإهانة فتصير خصومه لنفسه كما قال عمر بن عبد العزيز لرجل لولا أني غضبان لعاقبتك وإنما أراد أنك أغضبتني فخفت أن تمتزج العقوبة من غضب الله ولي
Jalan kedua masuknya setan ke dalam diri para ulama'ialah amarah demi membela diri sendiri.
Pintu setan ini bisa saja terbhuka sedari awal ia berbuat, bisa saja terbuka di tengan jalan, yaitu ketika ulama'yang menegakkan amar ma'ruf, ia mendapat penghinaan dari orang yang dia ingkari. Karena hanyut dalam emosi ulama'tersebut berubah jadi membela diri sendiri (tidak lagi ikhlas karena Allah).
DIkisahkan bahwa Umar bin Abdul Aziz pernah berkata kepada seorang lelaki: "Kalaulah bukan karena aku sedang marah, niscaya aku akan menghukumimu.
Maksud ucapan beliau ialah: engkau menjadikanku tersinggung dan marah, maka aku kawatir bila hukuman yang akan ia jatuhya dilandasi oleh dua unsur; keinginan membelqa agama Allah dan melampiaskan amarah diri sendiri. (Talbis Iblis oleh Ibnul Jauzi 1/182)
Selamat merenung kawan.
Ustadz Dr Muhammad Arifin Badri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar