Dulu aku sibuk mengejar. Sibuk menyusun daftar tentang siapa aku harusnya, tentang apa yang harus kucapai, tentang siapa yang harus kubuktikan. Aku ingin jadi hebat, jadi pintar, jadi cukup untuk semua orang. Tapi ternyata, lelahnya bukan main. Jiwaku tenggelam dalam tuntutan yang bahkan bukan datang dari hatiku sendiri.
Aku pernah berdiri di tengah keramaian, tersenyum lebar tapi kosong. Ada tepuk tangan, tapi tak ada kedamaian. Ada keberhasilan, tapi tak ada pelukan. Ada aku, tapi seperti tak betul-betul hadir.
Hari ini, aku duduk diam. Membiarkan dunia berlari tanpa ikut berlari. Aku tidak lagi ingin menjadi apa-apa. Aku hanya ingin menjadi diriku sendiri.
Aku ingin bangun tanpa takut gagal. Ingin bernapas tanpa perlu membuktikan. Ingin mencintai tanpa takut kehilangan. Ingin menulis, bukan untuk dikagumi, tapi untuk menyelamatkan hatiku sendiri yang kadang terlalu penuh.
Mereka bilang aku berubah. Tidak seambisi dulu, tidak semengkilap dulu. Tapi aku tahu, aku sedang kembali. Kembali menjadi seseorang yang tak takut lembut. Yang tak malu menangis. Yang memilih memaafkan, meski tak diminta.
Aku tahu, hidup ini bukan tentang siapa yang sampai duluan. Tapi tentang siapa yang tetap setia dengan hatinya, meski jalannya sepi, meski langkahnya pelan.
Dan hari ini, aku memilih menjadi itu. Menjadi aku—yang utuh, meski tidak sempurna. Yang jujur, meski tidak selalu dimengerti. Yang tenang, meski dunia meminta riuh.
Karena akhirnya, yang paling ingin kudengar adalah bisik hatiku sendiri:
"Terima kasih, ya. Sudah mau pulang."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar