Ustadz Rony Nuryusmansyah
Tak disangkal, pandemi tak hanya berdampak pada ekonomi, sosial, dan lainnya. Akan tetapi juga berdampak terhadap keimanan. Tak ada majelis ilmu, tak berjamaah di masjid, sedikit banyak membuat beberapa rekan kita: futur.
Beberapa mungkin kembali bermesraan dengan hal yang dulu dia mati-matian tinggalkan: rokok, musik, pacaran, game, isbal, cukur jenggot, jilbab kecil, selfie, harta haram, nonton drakor, dan hal lainnya.
Usut punya usut, di antara sebab terbesarnya adalah: vakum menuntut ilmu agama.
Allah sudah memberikan kita kemudahan, fasilitas menuntut ilmu yang lebih fleksibel, kapan saja, di mana saja: kajian online. Baik YouTube, Facebook, Zoom, dan hal lainnya.
Hanya saja kita tidak mau memaksimalkannya, tidak membuat agenda rutin untuk mendengarnya dengan adab majelis ilmu, seperti berpakaian pantas, duduk, fokus, mencatat, bukan sambil rebahan atau ngemil sesekali buka akun medsos lainnya.
Kita banyak mencari kambing hitam, kuota, sinyal, materi, dll. Seperti hal tsb jauh lebih berharga daripada keimanan. Seperti hal tsb lebih sulit dicari daripada keistiqamahan.
Bukankah memang belajar butuh pengorbanan? Sebelum pandemi kita berkorban waktu, bensin, kenapa sekarang kita tak mau berkorban? Apakah kita hanya belajar jika rame-rame saja? Tak bisa sendirian. Apakah kita hanya belajar jika ada yang lihat saja? Semoga saja tidak, bukan.
Kita sering dengar:
العلم يحفظك
"Ilmu itu menjagamu."
Maka jangan biarkan diri kita bebas terlepas tanpa ilmu. Jadikan hari-hari kita dekat dengan majelis ilmu, membaca, mendengar, sesuai dengan kemampuan.
Umar bin Khaththab radhiyallahu 'anhu mengatakan:
لا تفارقوا مجالس العلماء
"Jangan kalian tinggalkan majelis ahli ilmu."
Majelis ilmu saat pandemi adalah kajian online. Buat jadwal rutin, dengarkan, simak, catat, amalkan, semoga itu cara kita menjaga keistiqamahan.
Mari bersama berjuang istiqamah.
Semoga pandemi segera pergi.