Kamis, 28 April 2022

Bermegah-megahan

Duduk kami di ruang tamu, kami menyebutnya begitu. Bercanda tentang beberapa hari ini, banyak kabar gembira datang. Allhamdulillah. Pulanglah Abah, duduk diantara kami. Adikku datang dan langsung menagih kehendaknya. Maklum, adikku pintar masalah ini. Pajak jajan. Hahaha.

Aku yang mulai belajar cara mengelola sendiri finansial, oh bukan, tepatnya kebanyakan semua yang aku hasilkan kuberikan kepada ayah ibuku, beberapa kali aku membeli keperluanku karena ibuku katakan “belilah sesuatu, belilah ini, belilah itu.”

Perempuan, pada dasarnya sangat menyukai keindahan. Apalagi belanjaan. Ditambah lagi belanja keindahan. Pendapatku, kebanyakan orang suka, iya kan? Begitu juga denganku. Sesekali rasanya ingin ini, ingin itu. Tapi seseorang pernah menasihatiku “Belilah jika itu mampu kamu pertanggung jawabkan nanti di akhirat. Setiap apa pun itu yang kamu miliki, akan ada hisabnya.” Begitulah yang kuingat melalui pesan elektronik yang cukup panjang hari itu. Namun kali ini aku katakan pada diriku “Bolehkah aku tidak mengindahkan nasihat itu? Bolehkah sekali saja aku mengingkannya lebih dari satu?”

Kuutarakan niatku, dengan keluargaku pikirku, tak apa kan? Toh sudah tau denganku. Aku memulai kalimatku “Bagaimana klo aku ingin ‘ini’ beberapa lagi? Aku maunya ini, Bah. Yang ini juga. Aku mau” Dengan senyum sumringah ku bilang lalu tertawa. Rasanya lucu juga ya meminta izin untuk hal- yang seharusnya tidak perlu ditanyakan karena manfaatnya tidak sebanyak itu, apalagi fungsinya sama. Tapi, perempuan, aku, penuh penasaran, ingin saja tau bagaimana respon Emak dan Abahku, juga adekku. Aku tanyakan saja, daripada aku penasaran? Iya kan?

Sesuai dugaanku, Abahku menyahut “Janganlah bermegah-megahan. Itu tidak boleh. Lalai akan dunia.”

Aku mengela nafas, dan tersenyum, memang benar, begitulah Abahku berpesan beberapa waktu lalu, jikalau ada kesempatan, mulai dari nasihat pernikahan sampai tentang kehidupan “Sederhana saja. Jangan berlebihan.” Jadi, setiap kali menginginkan hal yang lebih, jadi malu sendiri. Apalagi tentang dunia, yang sementara ini.

Berlebihan tentu saja cenderung mengarah kemegahan, iya kan? Jangan sampai Kecintaan terhadap dunia, kenikmatannya, dan keindahannya, melalaikan kita dari mencari akhirat, sebagaimana bermegah-megah dengan banyaknya kenikmatan dan harta di dunia sampai kematian menjemputnya adalah watak manusia. Yuk kita belajar, lagi dan lagi, tentang ilmu agama. Supaya kita tau bahwa hikmah penciptaan adalah untuk beribadah kepada Allâh semata, sehingga tidak lalai dan bermain-main saja di dunia. Semangat!

 

أَلْهَاكُمُ التَّكَاثُرُ ﴿١﴾ حَتَّىٰ زُرْتُمُ الْمَقَابِرَ ﴿٢﴾ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٣﴾ ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُونَ ﴿٤﴾ كَلَّا لَوْ تَعْلَمُونَ عِلْمَ الْيَقِينِ ﴿٥﴾ لَتَرَوُنَّ الْجَحِيمَ ﴿٦﴾ ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِينِ ﴿٧﴾ ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu), dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang yakin, niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahiim, dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ‘ainul yaqin, kemudian kamu pasti akan ditanyai pada hari itu tentang kenikmatan (yang kamu megah-megahkan di dunia itu).[At-Takatsur/102:1-8]

Sumber: Klik sini!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar