Sajak-sajak tentang dirimu masih tersusun rapi di tempatnya. Bahkan beberapa lagu seringkali ku putar sebagai penawar rindu. Maaf jika ternyata aku masih menjadi perempuan yang kelimpungan menafsirkan arti perpisahan
Sesekali aku berharap kamu kembali menghuni ruangan ini. Mewarnai dindingnya dengan warna kesukaan kita. Menghiasi atapnya dengan beberapa bunga yang wanginya mampu membuat siapapun terlena
Beberapa lilin berjajar sebagai penerang-yang tentu saja cahayanya tidak akan mampu mengalahkan pijar sempurnamu. Namun setidaknya itu cukup untuk memperlihatkan betapa istimewanya ruangan ini-dulu
Sudahlah. Toh semuanya kini hanya tinggal kenangan. Bagiku kamu hanyalah seorang pecundang yang tidak berani mengakhiri apa yang sudah kamu mulai. Mungkin kamu pikir aku akan berkabung seumur hidup. Atau bisa jadi kamu takut aku membencimu seperti yang berulang kali kamu ucapkan kepadaku
Pergilah sesukamu!! Terserah!! Aku hanya sedang menertawakan diriku sendiri. Bisa-bisanya aku menjadi perempuan bodoh untuk kamu yang tak tahu diri. Bisa-bisanya ia termakan janji, oleh manusia yang bahkan tidak paham arti menepati
Banyu Bening
Tidak ada komentar:
Posting Komentar