Jumat, 22 Agustus 2025

beruntungnya bila kita punya pasangan yang tahu cara menurunkan nada

Di tengah bisingnya dunia, betapa beruntungnya bila kita punya pasangan yang tahu cara menurunkan nada. Ia akan menatap kita bukan sebagai wadah kosong yang harus diisi, melainkan sebagai manusia yang sedang tumbuh. Dari Paulo Freire, ia belajar bahwa mencintai bukanlah soal menguasai, tapi membebaskan. Dari The Little Prince, ia mengingatkan bahwa yang terpenting sering kali tak kasatmata, sesuatu yang tak bisa diukur dengan angka, tapi bisa dirasakan dengan hati.

Bayangkan, ketika hidup sedang terasa berat, tagihan menumpuk, pekerjaan bikin lelah, atau sekadar hari yang penuh masalah. Pasanganmu menatap dengan mata yang berbeda. Dari tatapannya seolah bisa merasakan pesan sederhana, bahwa penderitaan bukan akhir dari segalanya, tapi jalan untuk belajar dan memahami hidup. Pasangan yang suka membaca biasanya tahu cara melihat hidup dari sisi lain. Dia tahu waktu adalah teman yang membantu kita belajar sabar. Dia sadar bahwa tidak semua yang terlihat diam itu berarti berhenti, sama seperti tidak semua yang tampak ramai itu benar-benar maju.

Bersamanya, akan menyadari satu hal penting, hidup ini dibangun dari cerita-cerita. Ada cerita yang diwariskan orang tua, ada yang harus kita ubah, dan ada pula yang memang perlu kita lawan. Dari situ kita paham, mencintai bukan cuma soal jalan bergandengan tangan, tapi juga berani menulis ulang jalan hidup bersama.
Ketika kecewa datang, entah karena gagal, ditolak, atau sekadar merasa tak dihargai, dia tidak akan menutupinya dengan janji manis kosong. Dia akan jujur, karena dia tahu hidup memang tidak selalu mudah. Tapi, seperti yang pernah dia baca, hidup selalu memberi kesempatan untuk menemukan makna. Dan makna itu, sekecil apa pun, sering kali jadi alasan untuk bangun lagi esok hari dengan hati yang lebih kuat.

Pasangan yang suka membaca punya cara sendiri melihat dunia. Ia tahu hidup dibangun dari cerita-cerita,  ada yang diwarisi, ada yang diubah, ada pula yang harus dilawan. Dari One Hundred Years of Solitude, ia paham bahwa cinta maupun kesalahan bisa diwariskan. Bersamanya, kita akan sadar bahwa mencintai bukan sekadar menggenggam tangan, tapi juga berani menulis ulang takdir bersama. Ketika kekecewaan datang, ia tidak akan menutupinya dengan janji manis, melainkan dengan kejujuran. Seperti yang dipelajari dari Viktor Frankl dalam Man’s Search for Meaning, ia tahu hidup memang tidak menjanjikan mudah, tapi selalu memberi kesempatan untuk menemukan makna, dan kadang makna itulah yang membuat kuat untuk bangun esok hari.

Bersamanya, percakapan tidak pernah dipaksakan. Ia tahu kapan harus memberi jeda.. Ia mengerti bahwa cinta juga butuh tanda baca. Ketika kesedihan datang, ia tidak akan memintamu buru-buru bahagia, ia belajar bahwa luka bukan untuk dibuang, tapi untuk dirawat. Dan di saat hari-hari terasa kusut, ia percaya, jeda bukanlah kemalasan, melainkan cara menjaga jiwa.

Pelan-pelan, kita pun ikut membuka buku, bukan karena dipaksa, tapi karena ingin duduk di dunia yang ia cintai. Lalu kita sadar, percakapan jadi lebih kaya, tidak hanya tentang harga cabai atau gosip tetangga, tapi juga tentang gagasan, mimpi, dan pandangan yang membuat hidup terasa lebih luas. Dan disanalah letak indahnya, meski  hanya duduk berdua di ruang kecil, dunia seakan lebih lebar karena saling membuka pintu ke dalam pikiran masing-masing.

Bayangkan jika berdua sama-sama tidak suka membaca. Percakapan akan mengecil, berputar pada cuaca, harga, dan gosip yang cepat basi. Mungkin bisa menua bersama, tapi kehilangan cahaya rasa ingin tahu. Hidup pun berubah jadi pengulangan yang dangkal, seperti kaset lama yang terus diputar sampai pita aus. Bukan berarti pembaca buku lebih mulia daripada yang lain. Makna hidup bisa datang dari banyak pintu, baik perjalanan, percakapan, bahkan luka. 

Namun, buku memberi kedalaman yang berbeda, ruang hening untuk menyelam, kesempatan untuk mengenal diri dan dunia lebih jauh. Dan bila kita punya pasangan yang suka membaca, kita seakan memiliki jendela tambahan untuk melihat dunia. Sebab lewat buku, ia bukan hanya merawat pikirannya sendiri, tapi juga menyalakan cahaya dalam hubungan.

Kalau tidak suka membaca, setidaknya carilah pasangan yang suka membaca. Karena dari sana, akan belajar cara mencintai yang lebih luas, lebih dalam, dan lebih sabar. Cinta yang tidak hanya mengajakmu bertahan dalam riuhnya dunia, tapi juga menuntunmu menemukan makna di tengah bisingnya dunia.
---

#ceritainspirasi
Disclaimer:
Tulisan ini merupakan ulasan sederhana terkait fenomena bisnis atau industri untuk digunakan masyarakat umum sebagai bahan pelajaran atau renungan. Walaupun menggunakan berbagai referensi yang dapat dipercaya, tulisan ini bukan naskah akademik maupun karya jurnalistik. Sumber dari berdikaribook yang telah dikembangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar