Kemarilah.
Duduk dan diam di hadapanku—sebentar saja. Akan aku jelaskan padamu tentang kunang-kunang yang kautemukan di mataku yang malam.
Dulu, mendung begitu pekat menggelayut. Sesekali badai, kadang hujan, kadang terang tapi gerimis tak pernah usai.
Pernah ada yang menyematkan gemintang di sana—hanya sesaat, lalu petir dia lontarkan berkali-kali—setiap hari.
Sekarang, kaudatang menawarkan rembulan untuk kausematkan. "Maaf," kataku yang lelah dengan luka. "Kau tak perlu menerangkan malamku dengan janji yang tak bisa kaupenuhi."
Kau geming ketika itu—meninggalkan setoples tanya. Seperti dugaanku ... pengecut!
Tetapi—tak lama.
Hujan reda.
Rinai tak lagi ada. Toples yang kautinggalkan, penuh cahaya.
Itu kunang-kunang.
Setelahnya, wajahmu, suaramu, lakumu terus membayang. Sekarang, kau sudah tahu dari mana kunang-kunang itu datang. Tetaplah di sini, jangan pernah pergi (lagi).
Lampung, 0311 - 2024
Kinarya Asriana
#RuangRelung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar