Kamis, 24 November 2022

Bubur Pagi untuk Makan Siang

Sekarang sudah pukul 13.35 WIB. Gambar di atas adalah gambar bubur ayam yang baru saja ku potret, rencananya ingin ku santap sebagai sarapan. Aku memandang ke arah gambar ini, "Lumayan cantik ya kalau difoto." Aku memesannya pukul 07.35 WIB melalui aplikasi yang terkenal dengan branding dominan hijaunya. Praktis dan cepat sampai ke tempaku menginap saat ini,  tinggal saja, persiapan dananya. Hahaha. 

Aku ingat dengan jelas pesan seseorang kepadaku "Klo makan ya makan, klo kerja ya kerja. Jangan makan sambil kerja."kira-kira begitulah pesan yang ditulisnya hari itu. Setelah ku pikirkan, nasihat yang masuk akal. Lalu, aku jadi memegang prinsip itu. Dan jadilah sampai saat ini, tak kunjung ku makan bubur ayam itu. Hmmm. 
Pagi ini memang cukup padat, biasanya jikalau di rumah, adekku datang membawakan makanan untukku kalau saja aku lupa atau tidak keluar kamar. Kalau disini, ya, pahamlah ya. Hehe.

Aku mulai mengambil sendok, ingin mengambil suapan, perutku sepertinya perlu energi. Bubur ayam yang sudah dingin, jadilah ia sebagai santapan makan siang.

Nanti, jangan tunda makan ya. Makan dulu ya. 

Sepuluh Menit Yang Berharga

Jum'at, 25 November 2022
Ada memang kami berjanji untuk berjumpa dalam minggu ini, namun dibatalkan karena ada beberapa kesibukan yang mendesak, dan tentu saja penting. Aku menutup harapan untuk bertemu hari itu. "Baiklah, soal pekerjaan memang harus banyak pemahaman. Ada hal- di luar kendali yang memamg harus diatasi. Harus mengesampingkan ego."aku memperingatkan diriku sendiri malam itu.
Diskusi panjang tentang pertemuan berakhir dengan keputusan: ingin lebih dari sekali bertemu, dengan catatan pertemuan sebelum awal Desember adalah opsional. Tapi, yasudahlah, pikirku, berat untuk iya pertemuan di akhir bulan ini. Kembali lagi, masing-masing ada kesibukan, pun waktu tak banyak untuk bisa bersama. Tapi apabila bisa, sungguh bahagia.
Dua hari lalu, aku menerima pesan yang mengabarkan bahwa kami bisa bertemu pada hari Rabu, sungguh bahagia sekali aku menerima pesan itu. Senyum terukir jelas, bagaimana tidak, memang rindu yang dirasakan dan mendapatkan kabar seperti itu. Tidak sabar menunggu waktu tersebut. Namun pada akhirnya, waktu tetap tidak bisa dikondisikan dan harus ditunda pertemuannya esok hari. Tidak menerima kabar kapan berangkat secara detail tapi kami berada di acara yang sama sehingga tau jadwal keberangkatannya. Hanya memperkirakan saja waktu sampainya, tapi tak kuasa ku kirim pesan menanyakan waktu sampai. Karena malu. Kesibukan benar kadang membuat lelah dan mungkin saja terlewat. Aku ingin menerima kabar dengan sukarela. Maksudnya tanpa diminta dan tanpa ditanya. Sabar ya, mungkin nanti, pikirku.
Siang itu, aku sedang bersiap ingin ke suatu tempat berkumpul banyak orang yang sedang disibukkan dengan agenda tugas akhir bersama. Namun sebelum itu, barang-barang yang ingin kubawa juga sudah kupersiapkan, aku sudah memasukkannya dalam tas agar nanti tiba waktunya aku berjumpa, tinggal pergi saja. Tidak perlu terburu-buru, ingin mempersiapkan ini itu. Aku dan temanku masih di dalam kamar, layar teleponku menyala tanda ada pesan masuk. Aku membacanya:
"Assalamualaikum, maaf (panggilannya kepadaku) banget baru diinfokan, (panggilanku kepadanya) dengan tim (suatu organisasi) ke (suatu daerah, tempatku tinggal) diskusi dengan (seseorang di suatu organisasi). [...] Maaf banget banget belum bisa ketemu ya, insya Allah Minggu depan aja ya."

Aku menunduk lesu. Sebenarnya sudah ada firasat ini akan terjadi karena tidak ada kabar sejak pagi. Biasanya ada kabar. Tapi tetap saja aku berpikiran positif dengan menyiapkan seluruh keperluanku. Ada juga rasanya mau menangis sajalah. Hahaha. 
Aku menghela nafas. Mencoba berfikir, mencari cara agar bisa bertemu walau sebentar saja. Lama kubaca pesan itu dan kubiarkan saja, menenangkan diri agar semua kata yang dikirim untuk membalas pesan tersebut tetap dalam porsi yang tidak menyakiti atau terdengar kesal dan putus asa.

Rabu, 23 November 2022

Pagi Damai Penuh Syukur

Dua malam sudah sendiri disini, kalau di rumah jarang sekali sepi. Ramai adik-adikku, apalagi setiap pagi, sibuk dengan persiapan sekolah mereka. Tempat menginap ini seharusnya bareng Mbak Ocy, tapi baru malam nanti. Aku sedang bosan saja, ada beberapa hal yang harus ku kerjakan, tapi belum waktunya, aku ingin sekedar menulis saja, seperti ini. 
Tidak beraturan saja, aku hanya ingin mengungkap tentang damainya pagi ini. Bagaimana kesendirian memang kadang diperlukan untuk refleksi diri. Suka. Suka sekali. Namun ada beberapa waktu, lebih suka bersama dan ramai. Allhamdulillah. 
Mbak Ocy, ditunggu kehadirannya di kamar ya. Jangan lama-lama. Hehe. 

Minggu, 20 November 2022

Kopi Susu Jahe Pertama-ku di Malam Minggu

 

Aku duduk rapi dengan posisi tubuh tegap sambil tersenyum manis di depan benda kesayanganku, benda yang ku gunakan untuk menunjang kesibukan sehari-hariku, berwarna hitam persegi panjang di atas meja kecil. Aku mengangkat tanganku lalu mengikat rambutku, agar lebih segar mataku. Setelah itu, tangan sebelah kiriku kuletakkan di atas benda hitam persegi itu sedangkan tangan kananku sambil mengambil beberapa lembar tisu, beberapa saat kemudian aku mengelusnya lembut dengan tisu itu. "Sayang, malam ini kita akan cukup sibuk ya. Tolong bantu aku." Mungkin itu yang aku maksud dan ingin aku sampaikan dengan kata-kata melalui perlakuan itu. Semoga dipahaminya. Hahaha.

Kesegaran mata dari mengikat rambut tidak bertahan lama. Mataku mulai meredup lagi, aku pun jadi berencana mengerjakannya sambil berbaring di tempat ternyamanku. Aku membawanya di atas kasurku sambil menghela nafas kasar, dan bergumam di dalam hati "ini sibuk tapi aku suka."

Di atas kasurku, senyuman mulai terpancar di wajahku, membayangkan beberapa cemilan yang mungkin saja akan ku makan malam ini, aku yang sedari awal menyadari jadwal tidurku awal waktu, sudah bersiap-siap dengan meminta tolong dibelikan kopi sachet sebelum masuk kamar. Sambil bercanda sedikit ingin juga dibelikan beberapa cemilan. Hehe. Aku sadar betul, perlu sekali energi untuk mengerjakan sesuatu, termasuk diskusi ini. Aku tak kuasa, bukan tipe yang kalau laper tidur, tapi tipe yang kalau laper masak. Tapi karena ada beberapa kesibukan, jadi harus menyediakan alternatif asupan. Paling tidak, agar perutku tidak mengeluarkan suara-suara yang mengerikan. Wkwk. Hmm, kurang sehat memang, tapi tidak apa-apa lah ya sekali-kali. Bantu aku  meng-'iya-kan' agar aku tidak merasa bersalah kepada diriku. 

Pukul 19.55, aku mulai membuat link untuk rapat malam ini, mengetik nama dari handphoneku dan mengirimkan undangannya. "Semoga tidak terlalu lama."pikirku. Aku baru saja melihat notifikasi pemberitahuan anime yang kutunggu kelanjutan episodenya. Sepuluh menit berlalu, ada pesan masuk di WhatsApp-ku "Yok Mbak. Rapat. Kita bedua aja dkpp mbak." Pesan itu aku baca. Aku menghela nafas lagi. Aku langsung mengirimkan gambar bukti bahwa aku sudah di ruang diskusi. Ingin sekali rasanya ku bilang "Aku sudah menunggu, dari 10 menit lebih yang lalu, sesuai dengan kesepakatan tadi siang." Tapi aku urungkan niatku, terlalu banyak kata, bukti saja sudah cukup pikirku. Mataku sudah mulai mengeluarkan air mata tanda ingin segera dipejamkan. Aku bangkit dari baringku, supaya tidak tidur mataku.

Aku meletakkan ibu jari dan jari telunjuk di sisi kanan kiri bibirku lalu menarik bibirku agar terukir senyumku. Tujuanku tetap sama, supaya tidak tidur. Jikalau sedang lelah, coba saja caraku, mungkin ampuh juga padamu. Selain itu, itu juga salah satu caraku, agar tetap berfikiran positif dan tetap bersemangat. Yuk kita praktik dulu, biar sambil senyum baca lanjutan tulisan ini. Mohon bersedia meletakkan ibu jari dan jari telunjuk di sisi kanan kiri bibirmu, lalu mari tersenyum ☺️ Kan, manisssseee! 

Akhirnya mulai juga diskusi kami. Mengerjakan beberapa bagian yang perlu diselesaikan. Deadline katanya, tapi aku tidak terlalu suka dengan kata 'suruh'. Lebih senang dengan kata 'tolong', pun sama-sama manusia, atau cukup sebutkan saja tenggat waktu, atau ingatkan saja tanpa harus dengan kata suruh, kurasa semua orang akan sadar akan tanggung jawab sesuatu. Selain itu, tidak mungkin melepaskan tanggung jawab, bukan? Ah, aku sangat gusar dengan kata suruh itu. Nanti, nanti, mohon sekali untuk bersedia tidak memakai kata-kata itu ya, terima kasih. Kami juga sejak awal sudah menentukan tenggat waktu kami tersendiri, cukup ingatkan saja. Hehe.

Diskusi diawali dengan berbagai macam cerita, diskusi non formal seperti ini memang seperti itu, bahasan apa saja bisa masuk, termasuk mengeluhkan beberapa hal. Hehe. Tapi tetap saja dikerjakan, kembali lagi tentang tanggung jawab. Semoga para pembaca, memiliki budi pekerti baik ya. Seorang insan dengan sopan santun, tidak lupa tiga perkara: maaf, tolong dan terima kasih sebagai bekal interaksi sesama manusia. Kita saling menghargai ya.

Beberapa menit berlalu, adikku masuk kamar dan membawa cemilan di dalam kantong plastik putih. Ku pikir ini adalah hasil dari bercanda. 

Adik: "Ayuk, ini jajan." Sambil menunjukkan sekantong plastik putih penuh di depan pintu kamar. 

Novi: "Wah, allhamdulillah ya. Tumben. Perhatian sekali." bergumam di dalam hatiku.

Aku hanya berisyarat untuk diletakkan di sampingku, sesuai dengan arahanku, adikku masuk ke dalam kamar lalu keluar lagi, ku perhatikan sambil mengintip layar laptopku sebelum melangkahkan kaki keluar. Semoga nanti bisa jadi pengusaha sukses ya, Dik ataupun hal lain sesuai yang dicita-citakan. Aamiin. 

Aku tersenyum, bagaimana tidak, aku hanya berpesan untuk dibelikan kopi sachet saja, ada sih bercanda cemilan, dan ternyata memang dibelikan, cemilan lainnya. Terima kasih ya.

Pukul 21.00 WIB, ibuku datang ke kamarku, mungkin ingin sekedar melihat aku dan kulihat kehadirannya membawa secangkir kopi di tangan kanannya. Padahal, aku belum meminta, tapi sudah dibawakan saja. Maafkan aku, dan terima kasih atas pengertiannya, Ibu. 🤗 Maafkan aku, maafkan atas kesibukan-kesibukanku yang sepertinya sibuk sekali ini 🙏 Aku mengucapkan terima kasih lalu melanjutkan bicaraku di layar virtual itu.

Sejujurnya aku belum pernah mencicip kopi yang dibawakan ibuku. Aku mulai menyeruput kopi panas itu, sekali saja. Langsung kuletakkan lagi gelas itu. Ku seruput lagi, beberapa kali. Hmm, agak panas lidahku, rasanya tidak terlalu manis dan menyisakan semacam aroma jahe di mulutku. Jujur, ini pertama kali bagiku, suka, tapi tidak terlalu suka. Bagaimana ya? Opsi terkahir saja lain kali. Maaf ya, lebih suka kopi yang lain. Hehe.

Sebotol air putih di kamarku habis, sekarang sudah pukul 23.00, haus sekali rasanya, tapi malas sekali keluar kamar. Untungnya kopi susu jaheku masih ada, walau sudah dingin. Hiks. Aku kemudian meminumnya, sampai habis. Kopi susu jahe pertamaku di malam minggu, ternyata tidak bersisa. Wkwk. 

Sejak tadi, mataku sungguh sehat, tidak mengantuk sama sekali, diskusinya juga cukup panjang. Belum selesai sampai jam segini. Padahal aku reminder tadi "sampai pukul 23.00 ya." Nyatanya hampir pukul 24.00 WIB. 

Setelah itu, aku pun belum mau terlelap, mencoba beberapa hal hingga pukul 02.00 dini hari. Masih belum merasa mengantuk, tapi aku paksa untuk siap siap tidur, lalu mematikan lampu kamarku. Agar cepat terlelap, takut besok subuh kesiangan. Rencananya mau sampai subuh, tapi ku kira itu tidak baik untuk kesehatanku. "Cukup waktu itu saja tidak tidur sampai subuh ya, jangan diulangi lagi." Berbicara pada diriku sendiri.

Alhamdulillah, akhirnya aku pun terlelap, mungkin pukul 02.30 WIB. Besoknya aku bangun pagi sekali, pukul 04.45 WIB kulihat jam dinding. Wah, kenapa ya? 

Sorenya aku bercerita dengan seseorang, lalu dijawabnya "Mungkin karena kopinya."tulisnya seperti itu. Kopi susu jahe pertamaku.

Sabtu, 12 November 2022

Lelah Dunia Yang Tidak Berkesudahan



Serasa ingin tidur cepat hari ini agar air mata tidak keluar [lagi]. Lagi, lagi, lagi karena dunia yang begitu menyesakkan untukku. Ingin menyembunyikan mata berkaca-ku, yang sudah mulai membasah dari orang-orang sekitarku, entah karena apa. Apa benar karena dunia, atau terpikirkan dosa-dosaku? Tidak tau, tetiba saja jatuh, apa benar, apa benar? Apa benar aku belum maksimal? Apa benar begitu pikirku? Bagian mana yang aku belum maksimal itu?
Tidak tahu...

Rasanya perlu saja aku mengeluarkannya dengan tangisan. Karena aku tidak kuasa berkata kasar pun tidak kuasa bercerita kepada seseorang. Pun aku mencoba menceritakannya pada Tuhan, tapi terlalu malu, dunia, dunia, dunia, dunia. 
Dunia yang tiada habisnya pikirku, yang terucap, hanyalah "Ampunilah dosa-dosaku." Lalu air mata itu jatuh, dengan leluasa.

Ah, aku kenapa begitu?
Kapan belajar lagi?
Kenapa waktu terlalu banyak untuk dunia?
Bagi saja peran seperti waktu itu diajarkan kakakku?

Baik, 
Mari klo begitu.

Sedikit lagi, sedikit lagi. Tidak apa menangis sekarang, nanti lega kan?
Sudah belum?
Belum...

Rabu, 02 November 2022

Inkubator Peneliti Muda Lanskap (IPML) #lastday

       

         Tidak pandai dalam mengucapkan kata-kata, apalagi tentang kesan dan pesan yang mendalam, dengan usia yang tidak remaja, sebisa mungkin saya terlihat kuat dan seperti pada umumnya manusia-manusia dewasa yang selama ini ada dibenakku: sempurna dan tau segalanya. Menangis mungkin salah satu caraku mengungkapkan yang kurasa. Mungkin lega karena semua anggota tim mampu menyelesaikannya sampai akhir kegiatan ini, ada pula rasa sedih semua kebersamaan dan hal-hal gila ini akan segera berakhir dan sadar tidak akan sama lagi jikalaupun akan terulang, baik orang ataupun pengalaman yang akan dilewati. Mungkin itu yang saya ingin ucapkan, namun tidak mampu terucap karena sudah terlalu emosional dengan keadaan: hari terkahir bersama setelah melalui banyak pelajaran-pelajaran hidup selama satu bulan lebih di banyak desa.
        Sejak awal permainan 'tulis-menulis' ini saya sudah menduga, saya akan terbawa suasana, saya tidak kuasa untuk hal-hal yang seperti ini. Apalagi untuk beberapa kesempatan, ada beberapa hal yang harus saya kerjakan dalam waktu yang bersamaan dan mungkin saja sebenarnya beberapa orang keberatan. Lain kesempatan, ada beberapa kelupaan, yang harus merepotkan. Mungkin, ada hal lain ataupun beberapa hal yang tetap tidak bisa saya tuliskan. Tolong dimaafkan.
Disaat beberapa teman-teman sudah menyampaikan ungkapannya, mataku sudah berkaca-kaca, sesekali dengan diam-diam: yah, meneteskan air mata sembari berharap, janganlah saya mendapatkan giliran awal atau tengah-tengah, alangkah lama waktu saya menangis, pikirku. Wkwk. Maklum, perlu waktu untuk meredakan emosi menangis ini. Hehe.
        Tujuan awal menulis ini adalah untuk mengungkapkan beberapa kata yang tidak  mampu saya ucapkan selama permainan tempo hari. Kurasa kebanyakan tau, betapa bahagia dan bersyukurnya saya bertemu tim yang hebat seperti teman-teman sekalian. Terima kasih! Teman-teman luar biasa. "Semua teman-teman mempunyai kesan tersendiri di hati."kalimat yang beberapa kali saya ulang dengan sendu tangisan malam itu.
I'll start to express my first impression about my team. Tim Sumatera Selatan.

Ratu: first time, I saw her, honestly, I was scare (I mean: her expression and how the way she talked to me a little bit made me asked "why'' but  at the end, I saw by myself how she cares about people around her. She is kindhearted and best coordinator for team. I am sorry for my first impression, Tu. Thank you for caring us and esp. me. Till the end, you still next to me before I am leaving the office. Thank you once more!

Ilham: our leader for exhibition, yeay! I didn't know him. First time we talked at Wisma Atlet Palembang because of Kak Nanak's sister is her girlfriend. It's nice to see him. Wow, funny but sometimes a little bit 'garing' and wise man, I think. Expert at videography. Yeay. Recommended.

Kak Ahwan
Javanese, I can guess it after the first time I heard he talked. As expected from Javanese, good attitude and polite. Kak Ahwan will go the extra mile to help people and most of events we've through at villages, he will be the first and last one who left the place because he prepared well all the things (as far as I look after him).

Kak Habib
We are at the same Kejar (group for learning) during online incubation so then we talked many things at Kejar. He is the best of both worlds. Also, coordinator of Lucbi-Cassava water. He is full of insight and unpredictable jokes. Hahaha. It's nice listen to him. As far as I know, he is good at digitasi like Kak Ahwan.

Kak Theo
My partner during the journey at villages by motorbike. I asked many things to him along the journeys, Hehe. First time I wrote his name, 'Wow, who's him? I didn't give much attention until he was my partner during House Hold Survey. He gave me advices and many things (can't be described). Thank you Kak. Classy person and out of the box. Acaii!

Ekik
Santuy: the youngest and coordinator of IBUSS. I clearly remembered his voice: the way he talked and his voice characteristics. He gave Fitri ans mbak Ocy a bottle of coffee 'nescafee' at Fabel Homestay before we were back home. 

Syafri
We were at the same major. I am happy to know him in this event. I just heard his name at that time, he was an active student because I often heard his name. I would like to say he worked silently and finished it well. Most of time I used to talk to him, he has his own mission and future oriented. Cool man!

Aji
Famous because of his habit during sleeping: snoring. I guessed, he is 'talkless do more" philosophy believer. Maasyaaa Allah is his personal branding.

Muh
A perfectionist man ever for this event, I guess. Honest and dedicated for PML. Listra-ligots (LL) coordinator, and thank you for being troublesolver to me (I forgot to take geopoint and Muh accompanied me). He has power to make other people okay. First impression: a gentle man, Muh!

Dani
Always on cam at online incubator. Young, energetic and smart! A designer for Tim 2 presentation slide: best dah! I believe, he is fast learner.

Zuha
The first time I saw her, she was familiar to me. "Oh, we are at same faculty, in fact". We talked many things since we were at same Kejar4Lives. We were at the same bedroom and most of time in villages, we were at same bedroom, too. She is people person. Jeme Lahat punye. I like when she talked Jeme Lahat and Java. I like her eyebrows. She is over the moon, now. I ever talked to her mother about her boyfriend. Getting married soon, Zu! 

Rida
The fartest one from Pati Central Java to Palembang South Sumatra. Wow! She is the one who always remind me to keep my clothes from any dirty things for praying. Best at clean all the things with Ratu. She is  Ratu's bestie. Good at Kancing's game at FGD LL Perempuan. Huge hug from me to her 🤗 Thank you, Rida. Let's us make a spectacular event for our exhibition. 

Kak Novia
Kak Novia and I have same date and year of birth. Haha. We are twin but different parent. She helped me to find my cuisoner data at Kepayang. We were at same bed in Muara Medak and Kepayang, just two of us. Thank you Kakak. She is best at singing. At the first time, I guessed, she is quite type, but no, she is an active and strong girl. 

Fitri
She is my partner for final task. A caring girl to me! A place to borrow hunger. Hihihi. I just know, her voice is clear and on point. I believe, she has potential to be a host. Thank you for writing with me 🤗

Gading
My sister, we were at the same bedroom at the first time in Palembang. She is crazy. Hahaha. I mean, she is responsive person. Her statements make other people laughing easily. 

Narul
She is people person. Care to other people, she makes me realize that it's nice to care to other people. Thank you, Narul. She accompanied me, sent my documents. Once more, thank you 🥺

Mbak Ocy
I like when she wears her sandals. It fits her. A smart young girl. Her face is full of expression. I mean, she is funny. She has many expression of conditions. Unique. 

Kak Ririn
Million people in the earth and I met her 😂 What an amazing moment at the first time we talked the same person. She is kind to everyone especially me. Thank you, Kak Rin. Let's us sent a report to Kakak! Thank you for giving me permission to take pic of you and sent it to Kakak (I didnt have it, in fact). I got it silently. Haha. Sorry. Let's us go to beauty clinic. Hehe.

Pada dasarnya, tetap saja saya cukup malu untuk mengungkapkan perasaan saya. Maka, saya lebih leluasa menuliskannya dalam bahasa Inggris. Saya kumpulkan dulu keberanian-keberanian dalam diri ya. Tidak berjanji kepada kalian semua, tapi saya sendiri pun ingin menuliskannya dalam Bahasa Indonesia nantinya. Saat aku meluangkan waktu di kesempatan lain ya.

Perjalanan kebersamaan ini akan segera berakhir, acara puncak dari kegiatan ini adalah Eksibisi: Diskusi Lanskap dan Pentas Seni. Sebentar lagi, 30 November kiranya diprediksi. Nanti, nanti, setelah ini, tetap saling sapa ya sesekali, sekedar menanyakan kabar atau menyampaikan kabar bahagia, atau hal lainnya sekedar untuk nostalgia.

Semoga berjalan dengan lancar semua yang sudah dipersiapkan oleh kita semua ya. Semoga Allah menjaga kita semua. Aamiin.