Jum'at, 25 November 2022
Ada memang kami berjanji untuk berjumpa dalam minggu ini, namun dibatalkan karena ada beberapa kesibukan yang mendesak, dan tentu saja penting. Aku menutup harapan untuk bertemu hari itu. "Baiklah, soal pekerjaan memang harus banyak pemahaman. Ada hal- di luar kendali yang memamg harus diatasi. Harus mengesampingkan ego."aku memperingatkan diriku sendiri malam itu.
Diskusi panjang tentang pertemuan berakhir dengan keputusan: ingin lebih dari sekali bertemu, dengan catatan pertemuan sebelum awal Desember adalah opsional. Tapi, yasudahlah, pikirku, berat untuk iya pertemuan di akhir bulan ini. Kembali lagi, masing-masing ada kesibukan, pun waktu tak banyak untuk bisa bersama. Tapi apabila bisa, sungguh bahagia.
Dua hari lalu, aku menerima pesan yang mengabarkan bahwa kami bisa bertemu pada hari Rabu, sungguh bahagia sekali aku menerima pesan itu. Senyum terukir jelas, bagaimana tidak, memang rindu yang dirasakan dan mendapatkan kabar seperti itu. Tidak sabar menunggu waktu tersebut. Namun pada akhirnya, waktu tetap tidak bisa dikondisikan dan harus ditunda pertemuannya esok hari. Tidak menerima kabar kapan berangkat secara detail tapi kami berada di acara yang sama sehingga tau jadwal keberangkatannya. Hanya memperkirakan saja waktu sampainya, tapi tak kuasa ku kirim pesan menanyakan waktu sampai. Karena malu. Kesibukan benar kadang membuat lelah dan mungkin saja terlewat. Aku ingin menerima kabar dengan sukarela. Maksudnya tanpa diminta dan tanpa ditanya. Sabar ya, mungkin nanti, pikirku.
Siang itu, aku sedang bersiap ingin ke suatu tempat berkumpul banyak orang yang sedang disibukkan dengan agenda tugas akhir bersama. Namun sebelum itu, barang-barang yang ingin kubawa juga sudah kupersiapkan, aku sudah memasukkannya dalam tas agar nanti tiba waktunya aku berjumpa, tinggal pergi saja. Tidak perlu terburu-buru, ingin mempersiapkan ini itu. Aku dan temanku masih di dalam kamar, layar teleponku menyala tanda ada pesan masuk. Aku membacanya:
"Assalamualaikum, maaf (panggilannya kepadaku) banget baru diinfokan, (panggilanku kepadanya) dengan tim (suatu organisasi) ke (suatu daerah, tempatku tinggal) diskusi dengan (seseorang di suatu organisasi). [...] Maaf banget banget belum bisa ketemu ya, insya Allah Minggu depan aja ya."
Aku menunduk lesu. Sebenarnya sudah ada firasat ini akan terjadi karena tidak ada kabar sejak pagi. Biasanya ada kabar. Tapi tetap saja aku berpikiran positif dengan menyiapkan seluruh keperluanku. Ada juga rasanya mau menangis sajalah. Hahaha.
Aku menghela nafas. Mencoba berfikir, mencari cara agar bisa bertemu walau sebentar saja. Lama kubaca pesan itu dan kubiarkan saja, menenangkan diri agar semua kata yang dikirim untuk membalas pesan tersebut tetap dalam porsi yang tidak menyakiti atau terdengar kesal dan putus asa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar