Minggu, 20 November 2022

Kopi Susu Jahe Pertama-ku di Malam Minggu

 

Aku duduk rapi dengan posisi tubuh tegap sambil tersenyum manis di depan benda kesayanganku, benda yang ku gunakan untuk menunjang kesibukan sehari-hariku, berwarna hitam persegi panjang di atas meja kecil. Aku mengangkat tanganku lalu mengikat rambutku, agar lebih segar mataku. Setelah itu, tangan sebelah kiriku kuletakkan di atas benda hitam persegi itu sedangkan tangan kananku sambil mengambil beberapa lembar tisu, beberapa saat kemudian aku mengelusnya lembut dengan tisu itu. "Sayang, malam ini kita akan cukup sibuk ya. Tolong bantu aku." Mungkin itu yang aku maksud dan ingin aku sampaikan dengan kata-kata melalui perlakuan itu. Semoga dipahaminya. Hahaha.

Kesegaran mata dari mengikat rambut tidak bertahan lama. Mataku mulai meredup lagi, aku pun jadi berencana mengerjakannya sambil berbaring di tempat ternyamanku. Aku membawanya di atas kasurku sambil menghela nafas kasar, dan bergumam di dalam hati "ini sibuk tapi aku suka."

Di atas kasurku, senyuman mulai terpancar di wajahku, membayangkan beberapa cemilan yang mungkin saja akan ku makan malam ini, aku yang sedari awal menyadari jadwal tidurku awal waktu, sudah bersiap-siap dengan meminta tolong dibelikan kopi sachet sebelum masuk kamar. Sambil bercanda sedikit ingin juga dibelikan beberapa cemilan. Hehe. Aku sadar betul, perlu sekali energi untuk mengerjakan sesuatu, termasuk diskusi ini. Aku tak kuasa, bukan tipe yang kalau laper tidur, tapi tipe yang kalau laper masak. Tapi karena ada beberapa kesibukan, jadi harus menyediakan alternatif asupan. Paling tidak, agar perutku tidak mengeluarkan suara-suara yang mengerikan. Wkwk. Hmm, kurang sehat memang, tapi tidak apa-apa lah ya sekali-kali. Bantu aku  meng-'iya-kan' agar aku tidak merasa bersalah kepada diriku. 

Pukul 19.55, aku mulai membuat link untuk rapat malam ini, mengetik nama dari handphoneku dan mengirimkan undangannya. "Semoga tidak terlalu lama."pikirku. Aku baru saja melihat notifikasi pemberitahuan anime yang kutunggu kelanjutan episodenya. Sepuluh menit berlalu, ada pesan masuk di WhatsApp-ku "Yok Mbak. Rapat. Kita bedua aja dkpp mbak." Pesan itu aku baca. Aku menghela nafas lagi. Aku langsung mengirimkan gambar bukti bahwa aku sudah di ruang diskusi. Ingin sekali rasanya ku bilang "Aku sudah menunggu, dari 10 menit lebih yang lalu, sesuai dengan kesepakatan tadi siang." Tapi aku urungkan niatku, terlalu banyak kata, bukti saja sudah cukup pikirku. Mataku sudah mulai mengeluarkan air mata tanda ingin segera dipejamkan. Aku bangkit dari baringku, supaya tidak tidur mataku.

Aku meletakkan ibu jari dan jari telunjuk di sisi kanan kiri bibirku lalu menarik bibirku agar terukir senyumku. Tujuanku tetap sama, supaya tidak tidur. Jikalau sedang lelah, coba saja caraku, mungkin ampuh juga padamu. Selain itu, itu juga salah satu caraku, agar tetap berfikiran positif dan tetap bersemangat. Yuk kita praktik dulu, biar sambil senyum baca lanjutan tulisan ini. Mohon bersedia meletakkan ibu jari dan jari telunjuk di sisi kanan kiri bibirmu, lalu mari tersenyum ☺️ Kan, manisssseee! 

Akhirnya mulai juga diskusi kami. Mengerjakan beberapa bagian yang perlu diselesaikan. Deadline katanya, tapi aku tidak terlalu suka dengan kata 'suruh'. Lebih senang dengan kata 'tolong', pun sama-sama manusia, atau cukup sebutkan saja tenggat waktu, atau ingatkan saja tanpa harus dengan kata suruh, kurasa semua orang akan sadar akan tanggung jawab sesuatu. Selain itu, tidak mungkin melepaskan tanggung jawab, bukan? Ah, aku sangat gusar dengan kata suruh itu. Nanti, nanti, mohon sekali untuk bersedia tidak memakai kata-kata itu ya, terima kasih. Kami juga sejak awal sudah menentukan tenggat waktu kami tersendiri, cukup ingatkan saja. Hehe.

Diskusi diawali dengan berbagai macam cerita, diskusi non formal seperti ini memang seperti itu, bahasan apa saja bisa masuk, termasuk mengeluhkan beberapa hal. Hehe. Tapi tetap saja dikerjakan, kembali lagi tentang tanggung jawab. Semoga para pembaca, memiliki budi pekerti baik ya. Seorang insan dengan sopan santun, tidak lupa tiga perkara: maaf, tolong dan terima kasih sebagai bekal interaksi sesama manusia. Kita saling menghargai ya.

Beberapa menit berlalu, adikku masuk kamar dan membawa cemilan di dalam kantong plastik putih. Ku pikir ini adalah hasil dari bercanda. 

Adik: "Ayuk, ini jajan." Sambil menunjukkan sekantong plastik putih penuh di depan pintu kamar. 

Novi: "Wah, allhamdulillah ya. Tumben. Perhatian sekali." bergumam di dalam hatiku.

Aku hanya berisyarat untuk diletakkan di sampingku, sesuai dengan arahanku, adikku masuk ke dalam kamar lalu keluar lagi, ku perhatikan sambil mengintip layar laptopku sebelum melangkahkan kaki keluar. Semoga nanti bisa jadi pengusaha sukses ya, Dik ataupun hal lain sesuai yang dicita-citakan. Aamiin. 

Aku tersenyum, bagaimana tidak, aku hanya berpesan untuk dibelikan kopi sachet saja, ada sih bercanda cemilan, dan ternyata memang dibelikan, cemilan lainnya. Terima kasih ya.

Pukul 21.00 WIB, ibuku datang ke kamarku, mungkin ingin sekedar melihat aku dan kulihat kehadirannya membawa secangkir kopi di tangan kanannya. Padahal, aku belum meminta, tapi sudah dibawakan saja. Maafkan aku, dan terima kasih atas pengertiannya, Ibu. 🤗 Maafkan aku, maafkan atas kesibukan-kesibukanku yang sepertinya sibuk sekali ini 🙏 Aku mengucapkan terima kasih lalu melanjutkan bicaraku di layar virtual itu.

Sejujurnya aku belum pernah mencicip kopi yang dibawakan ibuku. Aku mulai menyeruput kopi panas itu, sekali saja. Langsung kuletakkan lagi gelas itu. Ku seruput lagi, beberapa kali. Hmm, agak panas lidahku, rasanya tidak terlalu manis dan menyisakan semacam aroma jahe di mulutku. Jujur, ini pertama kali bagiku, suka, tapi tidak terlalu suka. Bagaimana ya? Opsi terkahir saja lain kali. Maaf ya, lebih suka kopi yang lain. Hehe.

Sebotol air putih di kamarku habis, sekarang sudah pukul 23.00, haus sekali rasanya, tapi malas sekali keluar kamar. Untungnya kopi susu jaheku masih ada, walau sudah dingin. Hiks. Aku kemudian meminumnya, sampai habis. Kopi susu jahe pertamaku di malam minggu, ternyata tidak bersisa. Wkwk. 

Sejak tadi, mataku sungguh sehat, tidak mengantuk sama sekali, diskusinya juga cukup panjang. Belum selesai sampai jam segini. Padahal aku reminder tadi "sampai pukul 23.00 ya." Nyatanya hampir pukul 24.00 WIB. 

Setelah itu, aku pun belum mau terlelap, mencoba beberapa hal hingga pukul 02.00 dini hari. Masih belum merasa mengantuk, tapi aku paksa untuk siap siap tidur, lalu mematikan lampu kamarku. Agar cepat terlelap, takut besok subuh kesiangan. Rencananya mau sampai subuh, tapi ku kira itu tidak baik untuk kesehatanku. "Cukup waktu itu saja tidak tidur sampai subuh ya, jangan diulangi lagi." Berbicara pada diriku sendiri.

Alhamdulillah, akhirnya aku pun terlelap, mungkin pukul 02.30 WIB. Besoknya aku bangun pagi sekali, pukul 04.45 WIB kulihat jam dinding. Wah, kenapa ya? 

Sorenya aku bercerita dengan seseorang, lalu dijawabnya "Mungkin karena kopinya."tulisnya seperti itu. Kopi susu jahe pertamaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar