Rabu, 09 Oktober 2024

Sepi yang Tak Bertepi


Puisi oleh Bayu Irsandy 

Di tepi malam yang tak berujung,
aku meraba jejak langkah yang hilang,
terhempas dalam gelap,
tersesat di antara bayang-bayang sepi,
entah di mana suaraku terkubur,
di mana anganku terhenti.

Setiap bintang enggan bersinar,
bulan pun malu mengintip dari balik awan,
seakan mereka paham betapa sunyi ini,
terlalu dalam untuk dijangkau cahaya.

Dalam hening, hanya desir angin yang bernyanyi,
merayap di celah pintu yang tak pernah terkunci,
mengantarkan rindu pada kekosongan,
yang tak kunjung terisi.

Sepi ini merajut dirinya,
melingkari batin, mengikat hati,
membuat segala harapan terasa rapuh,
seperti embun di pagi buta,
menggantung, menunggu jatuh.

Aku berjalan dalam bayangku sendiri,
tanpa arah, tanpa tujuan,
setiap detak jantung seperti nyanyian kesedihan,
menggema di ruang kosong,
yang tak pernah berbicara kecuali dengan diam.

Sepi ini bukan lagi teman,
tapi musuh yang memeluk erat,
tak mau lepas meski aku berteriak,
meronta dalam keheningan,
namun tak ada jawaban, tak ada akhir.

Waktu seolah berhenti berputar,
terjebak dalam penjara tak kasat mata,
dimana setiap dindingnya terbuat dari ingatan,
tentang hari-hari yang pernah hangat,
dan kini hanya tinggal bayangan.

Sepi ini bukan sekadar kekosongan,
tapi jurang yang tak bertepi,
menghisap perlahan setiap tetes cahaya,
hingga tak ada yang tersisa,
kecuali kehampaan yang menggigil di sudut jiwa.

Di manakah akhir dari perjalanan ini?
Saat sepi merajalela dan tak kunjung reda,
aku hanya berharap,
di ujung malam yang panjang,
ada tangan yang meraih,
ada suara yang memanggil,
dan aku bisa pulang,
ke hangatnya pelukan,
yang dulu pernah kumiliki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar