Senin, 07 Oktober 2024

tiba-tiba waktu: aku jatuh cinta


Aku tidak pernah merencanakan untuk jatuh cinta kepadamu. Tiba-tiba waktu, entah dengan alasan apa kau dan aku merasa memiliki banyak kesamaan. Kita punya banyak kisah yang akhirnya kita mirip-miripkan. Dan kau percaya bahwa semua (barangkali) sudah menjadi rencana semesta. Kau percaya akulah orang yang kau cintai dengan semestinya. Sungguh, waktu itu kuserahkan segala kesungguhanku untuk mencintaimu. Aku tahu rasanya ditinggalkan, kau paham rasanya dikhianati, lalu kita sepakat untuk saling menjaga hati. Semua bermula dengan sederhana yang manis. Aku pelan-pelan semakin yakin kaulah jawaban atas doa-doa yang pernah kupanjatkan dalam tangis.

Kita mengorbankan banyak hal demi rencana-rencana yang telah kita tetapkan. Kau meyakinkan aku perihal jarak dan waktu bukanlah penghalang rindu. Aku memahamimu dengan segala kesibukanmu. Kita bertaruh demi mewujudkan kedekatan dan membunuh jarak yang menjauhkan. Kau tak pernah mengeluh, meski mungkin saja pernah didera lelah. Aku tidak pernah merasa jenuh meski banyak hal yang harus kutenangkan karena pikiran yang gaduh. Kau dan aku bersepakat untuk tetap menjaga semangat. Kita bertahan demi hari yang lebih indah di masa depan. Kau paham, bahwa tak ada yang mudah. Katamu, semua butuh diperjuangkan. Ketakutan adalah satu hal yang harus mampu kita kalahkan.

Saat keberanian itu muncul menggebu-gebu. Entah dari mana asalnya; yang aku tahu aku tak takut apa pun, selain kehilanganmu. Aku menghabiskan waktuku lebih banyak untuk bekerja, menghabiskan tenaga untuk menekuni hal-hal yang aku suka. Aku mempertaruhkan segalanya demi kau. Sebab, aku tak ingin kita menjadi sejarah yang dikenang sebagai masa lalu. Aku meninggalkan segala rasa nyamanku waktu itu; dan memilih menghabiskan masa mudaku bekerja demi memenuhi kesungguhan memilikimu. Kau pun juga terlihat begitu. Kau lebih rajin bekerja dari biasanya. Sering kali kau ingatkan aku akan target yang harus kita capai. Waktu kita semakin dekat, untuk bisa menumpas jarak yang membuat rindu tercekat.

Namun, pada hari yang tak pernah kuduga. Jam-jam yang kuanggap semua akan baik-baik saja. Kau hempaskankan segalanya. Kau hancurkan semua yang telah kubangun dengan sepenuh jiwa. Kau katakan kepadaku; kita tak punya waktu, kau ingin menjalani hidup dengan orang yang ternyata diam-diam telah memintamu menjadi bagian hidupnya. Ah, aku sempat berlari menjauh dari kotaku. Menghabiskan hari-hari sedih di kota lain untuk membunuh waktu yang terasa pedih. Aku bahkan tak percaya; bagaimana mungkin orang yang kusebut cinta ternyata menusukkan luka. Kau bahkan terlihat tak peduli remuk perasaanku. Kau biarkan aku tenggelam pedih, seolah semua yang kuperjuangkan bukan hal yang kau butuhkan. Hingga waktu berlalu; pelan-pelan aku paham satu hal tentang kau. Kau bukan orang yang layak diperjuangkan sepenuh hatiku.

--Boy Candra, dalam buku 'Sebuah Usaha Melupakan'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar