Kamis, 26 Januari 2023

[Hai, Apa Kabar, Adik?]

Seorang wanita paruh baya tersenyum kepadaku, giginya rapi terpancar tulus. Aku yang sedari jauh berjalan sambil mengamati menyunggingkan sebuah senyuman dari dalam kain berwarna hitam, berlalu dengan pelan, menundukkan badan tanda menghormati beliau. Otakku berfikir dan mengingat sosok wajah itu, seingatku tampilan wajah itu sangat familiar sekali delapan tahun lalu. Mungkin, mungkin, ibu seseorang yang memanggilku "Mba". Sangat berkesan karena kutemui ketika sosialisasi tentang tempatku mengenyam pendidikan ke sekolah-sekolah di daerahku. Mirip sekali. Aku melihat ke arah seberang jalan, anak muda, putih, tinggi, dengan masker berwarna hitam sedang sibuk, melakukan hal yang sama seperti, mungkin ibunya. Maasyaa allah. 

Dari Mu’awiyah bin Haidah Al Qusyairi radhiallahu’ahu, beliau bertanya kepada Nabi:

يا رسولَ اللهِ ! مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ : قال : أُمَّكَ ، قُلْتُ : مَنْ أَبَرُّ ؟ قال : أباك ، ثُمَّ الأَقْرَبَ فَالأَقْرَبَ

“wahai Rasulullah, siapa yang paling berhak aku perlakukan dengan baik? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: Ibumu. Lalu siapa lagi? Nabi menjawab: ayahmu, lalu yang lebih dekat setelahnya dan setelahnya” (HR. Al Bukhari dalam Adabul Mufrad, sanadnya hasan). 1

Hari ini, aku melalukan hal yang sama. Aku berjalan lagi pada jalan yang sama. Sengaja, karena penasaran saja. Hari ini aku juga melihat ibu yang sama, bedanya tanpa senyuman, karena jarak kami yang cukup jauh dan tidak saling menatap mata. Aku juga menatap ke seberang jalan dan melihat sosok yang sama, masih dengan masker hitamnya, yang entah ganti atau tidak. Hahaa. Kalau aku sih ganti, allhamdulillah. Wkwk. 

Dua kali, eh mungkin tiga kali dengan satu kali aku tidak sadar dan lewat di depannya begitu dekat, apakah akan ku sapa? Menurutmu bagaimana? Apakah ku sapa atau tidak ya? Sebetulnya, aku ingin sekali menyapanya tapi tidak enak hati, kalau-kalau dia merasa tidak enak hati juga kalau tau itu aku. Kira-kira apakah dia akan menyapaku apabila terlihat parasku? Hahaha. Tapi itu hal yang sangat tidak mungkin terjadi. Ataukah dia sudah lupa denganku. Menurutku, alasan yang tepat adalah, dia tidak mengenaliku. Ada waktu itu dia ingin nata de coco, tapi kami tidak bertemu ketika aku ingin mengantarkan padanya karena salah tempat dan kesibukannya yang padat. Jadilah, sepertinya dia tidak pernah bertemu denganku sejak delapan tahun lalu itu. Tapi aku masih ingat betul dengan orangnya. Hehe.
 
Oh, aku bisa menghubungi beliau lewat twitter, sepertinya cukup aktif, ku lihat beberapa kali dia datang menyukai cuitanku, eh, sepertinya WhatsAppnya pun ada. Apakah harus kutanyai? Hmm, Bagaimana pendapatmu? 

Rencananya besok aku juga akan jalan di tempat yang sama. Aku tidak akan menghubunginya. Hanya ingin melihat sampai kapan akan sadar. Syukur-syukur kalau saja dia membaca tulisan ini dan merasa, jadi bisa disapa duluan. Maksudku sebagai tanda kalau dia merasa baik-baik saja kalaupun tau itu aku. Sehat-sehat terus ya semuanya. Aamiin

Sumber: 1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar