Selasa, 30 Mei 2023
Bagaimana perasaanmu yang sebenarnya?
Senin, 29 Mei 2023
Selamat Pagi,
aku bisa menerima perubahan
Masih Rindu dengan Keramahanmu
Minggu, 28 Mei 2023
Berdo'a dan Meminta Kepada Allah
Hai, Nov. Apa Kabar?
Melakukan Yang Terbaik Sampai Lelah
Bolehkah Aku Meminta Berjumpa Berkali-kali (4)
Bulan Mei kali ini sudah lewat pertengahan, kita ada janji untuk berjumpa dalam waktu dekat, kan? Seharusnya sebelum tanggal 25 Mei 2023. Namun, aku tunda dengan alasan sekali saja perginya sekaligus bersamaan dengan transaksi pada tanggal tersebut. Aku jadi merasa bersalah, harusnya aku pergi saja kepadamu hari itu. Sebenarnya, aku sudah rindu sekali. Sudah tidak sabar untuk bertemu denganmu. Tapi, aku mengingatkan diriku untuk bersabar. Bersabar seperti nasihatmu kepadaku. Aku ingin sekali mengekspresikan rasa rindu dan merasakan kenyamanan darimu. Sungguh, aku ingin selalu dekat denganmu. Seharusnya hari ini aku sudah bisa merasakan hangatnya pelukanmu seperti pada perjumpaan kita pada cerita Bolehkah Aku Meminta Berjumpa Berkali-kali (3). Aku ingin berbagi cerita tentang project yang lalu, sedang terjadi dan akan terjadi di masa depan. Aku ingin menceritakan semuanya kepadamu. Aku masih bertanya, kapan aku bisa berjumpa berkali-kali lagi denganmu?
Dua hari yang lalu, aku baru saja mendapatkan pesan darimu, bahwa aku tidak bisa berjumpa denganmu. Aku diam. Aku diam memandang telepon genggamku. Aku menimbang hal apa yang harus aku jawab agar aku salah baca terhadap pesan itu. Aku diam sampai seluruh tubuhku penuh dengan keringat. Aku, entah mengapa suhu tubuhku menjadi sangat panas. Aku masih diam, padahal hari itu aku mengirimkan pesan padamu karena ingin mengadu kalau aku tidak terpilih dalam program yang ku daftar. Bagaimana bisa dua kabar kurang baik sekaligus menerpa dan menganggu kestabilan emosiku pada hari itu? Aku lemas sekali, aku tidak nafsu makan. Aku menahan air mataku, sampai akhirnya benar-benar jatuh.
Aku memohon, aku bertanya, tolong tetaplah disisiku. Aku sangat membutuhkanmu. Aku sangat perlu. Aku masih ingin berjumpa denganmu, bahkan berkali-kali. Tolong aku.
Sabtu, 27 Mei 2023
Jangan Menangis, Mari Tersenyum Bersamaku
Menjadi Orang Baik Seperti Harapan
Kamu yang Ku Kagumi
Matamu yang Memesonaku
Kapan Bisa Bilang "Kangen?"
Jumat, 26 Mei 2023
Sejarah Tidur Terlamaku Sepanjang 2023
Izinkanku Tetap Ingin Bertemu
Sebentar lagi pukul 23.00 WIB. Sekarang pukul 22.41 WIB. Aku masih cukup gelisah. Aku kangween. Aku sengaja membuat poster dengan gambar mata. Hal ini semata- karena kebiasaanmu yang biasanya mengirimkan pesan mata kepadaku. Mataku pun sinkron dengan ottaku, sudah cukup berat. Namun, aku ingin menyelesaikan perasaan gundah ini malam ini saja karena besok aku sudah punya topik yang ingin kubicarakan denganmu. Sayang, mau ketemu ya. Boleh ya. Aku tetap ingin bertemu berkali-kali ya Bolehkah Aku Meminta Berjumpa Berkali-kali? (1)
Aku baik-baik saja. Nanti kita bisa berjumpa lagi ya, kan?
Aku kalang kabut hari ini, berkali-kali air mata diujung pelipis, menunduk sedikit saja bisa jatuh. Tidak ada yang bisa memnenngkan dengan sempurna, seperti penenang biasa yang kadang aku dapatkan, sebuah pelukan hangat. Beberpa hari ini, aku dibuat sangat rindu. Pantas saja, aku hampir lima hari ini, terasa sangat berat memaksa diri untuk tersenyum. "Ah, aku harus merekayasa bahwa anime yang ku tonton sedang sedih lagi." Pasalnya mata merah saat keluar kamar terkadang ditanyai dan tidak mungkin aku mengatakan bahwa aku menangis karena rindu. Hahaha.
Tidak ku sangka hari ini, menjadi hari yang tidak pernah terpikirkan olehku untuk terjadi. Pernah saja ada beberapa kali pikiran tentang ini namun tidak kuasa ku teruskan dan hanya memikirkan hal-hal postifnya saja. Aku merapatkan bibirku, menggigit cukup kuat agar air mata yang ada tetap tertahan sambil mengetik dengan mendongakkan kepala. Sesekali tanganku berhenti mengetik dan meletakkannya di wajah dan bibir dengan menghapus rintikkan basah yang sekuat tenaga untuk ditahan. Sesekali aku mengambil telepon genggam dan memeriksa pesan elektronikku, dengan harapan mungkin akan ada pesan masuk menyapaku.
Aku menyandarkan kepalaku pada dinding kamarku, melepaskan ketikan tanganku lalu menarik nafas panjang dengan kasar. Aku bertanya kepada diriku "Kenapa?" Aku tidak menemukan jawabannya, lalu kembali menulis disini dengan harapan pada akhirnya akan terjawab beberapa pertanyaanku. Sekarang masih pukul 20.28 WIB, aku masih harus mengondisikan mimik wajah dan suasana jiwa sampai paling tidak pukul 23.00 WIB, rasanya ingin saja tertidur tapi pikiran-pikiran ini tidak mau diajak kompromi untuk tenang dan menikmati malam. Aku terus mengetik saja, sebenarnya otakku sedang tidak beraturan, ada beberapa hal yang ingin ku ceritakan namun aku juga tidak bisa meneceritakannya secara detail. Aku kembali mengambil telepon selulerku, melihat kembali nama seseorang yang ingin ku tuju, membaca pesan terakhir yang disampaikannya dengan teliti, sampai sepuluh menit ke bagian pesanku yang belum dibacanya, ku baca pesan itu berkali-kali, lalu mengirimkan pesan "Apa tidak boleh mengirimkan pesan?" Aku melihat tanda online dibawah namanya, beberapa menit kemudian aku hapus pesan itu karena tak kunjung dibaca.
Aku duduk diam, sambil mengamati hasil ketikanku, aku kembali menarik nafas, untung saja kacamataku menyelamatkanku dari mata merah yang sudah mewek ini, aku tersenyum dan tertawa tatkala aku disapa dari pintu.
"Oh iya aku punya janji mau jahit pouch kesayanganmu itu." Kalimat ini ku dengar lagi hari ini setelah aku mengancam akan membeli baru saja. Aku menanggapinya sembari mengatur mimik wajah agar terlihat tenang. Aku juga bahkan tertawa agar menyamarkan rasa sedihku.
Aku baik-baik saja. Nanti kita bisa berjumpa lagi ya, kan? Kamu bahkan berjanji akan bercerita tentang kenapa hari ini bisa terjadi. Aku tunggu ya. Ada yang ingin aku sampaikan "Aku rindu. Aku ingin bertemu." Aku mengukir seulas senyum dari bibirku. Semoga rinduku sampai padamu.
Bagaimana bisa aku menahan rindu ini terlalu lama, bahkan saat pertama kali bertemu aku sudah meminta berjumpa berkali-kali? Seperti tulisanku berikut ini: Bolehkah Aku Meminta Berjumpa Berkali-kali? (1)
Present Continuous Tense
The present continuous tense describes actions or situations in progress at the moment of speaking. This includes activities that are happening right now and current activities in a general nature. The tense is often used for activities or situations that are temporary rather than permanent. The time expressions are often use with the present continuous tense: now, right now, at the moment, and today; expressions with this (this morning, this quarter, this semester)
The formula:
(+) subject + (am/is/are) + verb-ing + object + adverb
(-) subject + (am/is/are) + not + verb-ing + object + adverb
(?) (am/is/are) + subject + verb-ing + object + adverb
At the moment of speaking:
(+) Ayu is waiting for you in the garden now
(-) Ayu is not waiting for you in the garden now
(?) Is Ayu waiting for you in the garden now
Current activities:
(+) Bella is drinking a cup of coffee this morning
(-) Bella is not drinking a cup of coffee this morning
(?) Is Bella drinking a cup of coffee this morning
Audio mengenai Present Continuous Tense dapat diakses pada link berikut ini:
- Present Continuous Tense 1
- Based on The Text Present Continuous Tense
- Eeurocentres Present Continuous Tense Reading
Sumber:
Sofendi. 2012. English for Academic Purposes for the students of natural science. Languange Institue Sriwijaya University. ISBN 979-587-425-X
Eurocentres. Free English Learn: When to use the present continuous tense. Online. Available at eurocentres.com/blog/when-to-use-the-present-continuous-tense. [Accessed 26 May 2023]
Kamis, 18 Mei 2023
[Perkara Kenyamanan]
Selasa, 16 Mei 2023
Secangkir Kopi Penambah Rasa Rindu
Senin, 15 Mei 2023
[Life is not fair, is it?]
Selasa, 02 Mei 2023
Olahan Tepung Terigu dengan Bumbu Gurih dan Aroma Khas Menyengat Berkuah
Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
« لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِى يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ »
“Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah."HSR al-Bukhari (no. 5763) dan Muslim (no. 2609). [¹]