Sabtu, 13 April 2024

Kasih, bolehkah aku meminta maaf?

Kasih, bolehkah aku meminta maaf? 

Untuk seluruh keegoisan yang memintamu menetap. Ratapan yang ingin ditatap. Serta rengek-rengek menjijikkan yang selama ini memenuhi pernapasanmu hingga sesak dengan udara yang kedap. Maaf. Maaf untuk perasaan cinta yang memakanmu habis tak bersisa. 

Kasih, tembok tinggi dan kokoh ini ternyata sakit sekali ya, setiap ku rengkuh paksa. Aku mendengar tangisanmu, melihat lukamu, menyaksikan kesakitan mu, tapi entah kenapa kita terasa jauh. Yang kupeluk hanya dingin-gigil yang habis cara kucoba hangatkan.

Tak apa kasih. 
Tak apa jika kau tak mau memberiku pintu. Siapa juga orang bodoh yang mau membiarakan kebuasannya berulang-kembali datang? 

Maka itu, aku hamparkan di hadapanmu seluruh kuat yang kupunya. Berbah tegar yang kupolesi permukaannya. Semua waktu. Semesta himpunan cinta. Untukmu, seluruh hal baik yang kusembah kehadirannya. Makhluk indah yang membuatku kembali bisa mengecap rasa setelah berwaktu-waktu yang entah. 

Mungkin aku harus berterimakasih pada Tuhan lebih banyak setiap pagi, karena kau telah dibiarkan menggenggam tanganku yang terbiasa memeluk dirinya sendiri. Menjadi sandaran terbaik dari seluruh elegi bumi yang alirannya tak pernah terhenti. Manusia yang benar-benar punya telinga.

Yang kata-katanya sedamai gemericik air di kaki bukit dalam perjalanan menuju semedi. Selalu memberi pundak tanpa ditanya. Mengulur tangan tanpa diminta. Kau membuatku merasa akulah segalanya di bumi. Hingga apapun itu akan terlewati selama kau ada di sisi.

Aku selalu mengenangmu dengan cara itu. Hingga belakangan ini, tetesan air yang menghangat di pelupuk mata menyalahkan diri sendiri karena tak ahli menjaga. 

Kasih, aku tak lagi punya apapun untuk menggenggam dirimu terus di sini. Hatiku hilang dari rongganya. Tanganku lepas tercerabut paksa. Kakiku patah sebelah. Dan pandanganku gelap seluruhnya. 

Jika ditanya, pasti aku akan tetap egois memintamu tak kemana-mana. Tapi semuanya ada di tanganmu sayang. Tak perlu bertahan karena merasa tidak tega. 

Jika cinta sudah tak mampu membuatmu tinggal. Jika pedar sudah mengakar di lidah. Jika sembilu sudah menusuk ke ulu. 

Lakukanlah sayang!!

Aku akan tetap mencintaimu sama besar. Mengikhlaskanmu tak tau kapan. Dan membencimu dengan tak kan mungkin. Tapi menahanmu yang hampa seperti ini, seperti melihat aku membunuhmu setiap hari. Pedihnya lebih dari mengiris nadi sendiri. 

Jika itu yang kau mau, melangkahlah sayang. Biar kematianku kali ini, aku kubur sendiri.

-RiZe-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar