Kau—berbahagilah, dengan sebenar-benarnya bahagia yang tak bercelah luka diujungnya. Kerap kutitip doa, dibalik isakan tangis yang luruh; berharap apa yang terjadi padaku, seusai kehilanganmu—takkan kau rasakan sakitnya.
Semoga jatuh cintamu kali ini; bermakna selamanya. Sekalipun aku menata kata dengan air mata, tak kuingin kau menelan kecewa.
Maaf sempat kuberi celah pada anganku, untuk mendapatkan tempat (lagi) dalam hidupmu. Demikian, dengan menyaksikan kau mulai menetapkan hati pada seseorang lagi, sadarku dibentuk secara paksa; bahwa, rasaku adalah himpunan dari kesia-siaan belaka.
- Catatan lalu, Nona Jingga
Aku, aku rasanya ingin seperti ini tapi takut, takut aku tak bisa bangkit lagi. Takut sakitku terlalu sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar