Tentang mencintai, kau bukanlah seseorang yang mudah menjatuhkan hati, terlebih kepada yang baru sekejap singgah di hidupmu. Namun, dengannya, kau menyangkal segalanya. Hatimu jatuh, benar-benar jatuh.
Padahal, kau mengetahui, sangat-sangat mengetahui; Dia ialah seseorang yang masih memiliki luka lama, dia ialah seseorang yang masih memiliki sisa air mata di pipi, dia ialah seseorang yang masih menata kepingan hati.
Tetapi, kau terlalu jumawa dan angkuh, kau mengira dengan kehadiranmu akan membuatnya sembuh. Pikirmu, seseorang yang pernah merasakan patah hati, pasti akan mengerti bagaimana caranya menghargai.
Telingamu tuli mendengar nasehat-nasehat, matamu buta melihat kesungguhan. Hingga akhirnya, sesuatu yang tak pernah terbayang olehmu terjadi, sesuatu yang tak pernah kau sangka tiba-tiba nyata.
Setelah lukanya mengering, setelah pipinya tak lagi basah, setelah hatinya kembali tertata, dia berlalu meninggalkanmu. Bersamamu, dia hanya ingin pulih lalu beralih.
Bagaimana rasanya karam di lautan yang kau tahu hebat badainya tetapi tetap kau arungi?
Bagaimana rasanya tersandung batu besar yang kau tumpuk di tengah jalanmu sendiri?
Bagaimana rasanya tergores pisau yang kau asah hingga tajam?
Bagaimana?
Kini, kau yang terluka bahkan berdarah banyak.
Kini, pipimu yang tak berhenti basah sepanjang malam.
Kini, hatimu yang hancur, berantakan, luluhlantak.
Dan kini, kau hanya bisa terpaku. Karena, memohon meminta dia kembali pun tak akan pernah dia pedulikan. Dia sudah jauh, begitu jauh.
Memang, tidak ada seorangpun yang bisa memilih kepada siapa cintanya akan jatuh, tidak ada seorangpun yang bisa menahan kepada siapa perasaannya akan berlabuh. Karena, semua mengalir seperti air.
Namun, seharusnya kau mengetahui apa dan di mana ujung dari sebuah muara. Seharusnya kau menyadari apa yang telah menanti di depan sana;
Menggenggam seseorang yang masih erat memeluk masa lalunya, mengejar seseorang yang masih berlari ke arah masa lalunya, bermimpi membangun masa depan dengan seseorang yang masih terperangkap di dalam masa lalunya, adalah menyakiti diri paling sengaja.
Sungguh, kau tak akan mampu sepenuhnya memiliki seseorang yang setengah hatinya sudah hilang.
Untuk semua yang telah menempamu;
Ke mana kau akan lari?
Ke mana kau akan mengadu?
Ke mana?
Iya, hanya kepada-Nya;
Dia yang tak pernah berlari ketika kau berlari.
Dia yang tak pernah menjauh ketika kau hendak mengadu.
Dan Dia yang selalu ada ketika kau membutuhkan-Nya.
Terkadang, kau marah ketika Dia seakan tidak memberikan apa yang kau inginkan.
Terkadang, kau marah ketika Dia menjauhkan dari apa yang kau harap untuk dekat.
Yang kau tidak tahu, Dia lebih tahu apa yang terbaik untukmu, Dia lebih tahu apa yang pantas untukmu.
Betapa Dia menyayangimu, tak sekalipun Dia menelantarkan, tak sekalipun Dia mengabaikan.
Setelah kau hancur oleh manusia, Dia genggam harapanmu, Dia bangun.
Setelah kau tersesat karena mengejar cinta manusia, Dia buka jalanmu, Dia tuntun.
Hingga kau ikhlas, hingga kau dibersamakan dengan seseorang yang memang takdirmu, hidup seatap denganmu.
Luka yang pernah ada, dibuat-Nya mengering, bahkan kau lupa pernah se-berdarah itu.
Pipi yang pernah basah, di buat-Nya tak henti tersenyum, bahkan kau lupa pernah se-menangis itu.
Hati yang pernah patah, dibuat-Nya utuh, bahkan kau lupa pernah sehancur itu.
Jadi, harus dengan cara apa lagi agar kau tersadar, bahwa cinta yang tak melibatkan-Nya pasti akan berakhir kecewa. Dan cinta yang senantiasa ada Dia didalamnya pasti akan berakhir bahagia.
patahan.ranting.
Telah tersedia di Gramedia
Kembalikan Aku Seperti Sebelum Mengenal Cinta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar